Batal Menjadi Tuan Rumah Piala Dunia U-20, Indonesia Dipuji Dunia Arab

Nata Sutisna
Mahasiswa Universitas Zaitunah, Tunisia Nata Sutisna. (Foto: Istimewa).

Di dunia Arab, Indonesia dikenal sebagai negara berpenduduk mayoritas Muslim yang menjalankan sistem politik demokrasi dengan suksesi pemimpin secara mulus dan damai. Kita lihat, saat ini di Lebanon terjadi kevakuman kekuasaan sejak 31 Oktober 2022. Artinya, sudah lima bulan Lebanon tidak memiliki Presiden dan kabinet menteri.

Indonesia juga dikenal cukup sukses dalam membangun ekonomi dan kesejahteraan rakyatnya, sehingga termasuk anggota negara G-20, yakni 20 negara terbesar secara ekonomi di dunia. Selain itu, dengan penduduk sekitar 270 juta jiwa yang terdiri dari banyak suku, bahasa, dan agama, Indonesia juga dikagumi karena ternyata mampu membangun persatuan dan kesatuan sejak Indonesia merdeka tahun 1945.

Baca Juga:  Shin Tae-yong Ingin Pemain Timnas Indonesia U-20 Tak Puasa, Ini Alasannya

Kita tahu bahwa negara-negara Arab yang satu agama, satu etnis, dan satu bahasa saja, justru gagal membangun solidaritas, menciptakan stabilitas perdamaian, serta sering terlibat dalam perang saudara yang berlarut-larut. Sehingga konflik dan krisis tersebut membawa dampak yang besar, yang menghancurkan banyak hal, baik ekonomi, politik, maupun pendidikan.

Baca Juga:  Menyoal Indonesia Batal Jadi Tuan Rumah Piala Dunia U-20, Ridwan Kamil: Kecewa Luar Biasa!

Keteguhan Indonesia pada konstitusinya dengan terus berdiri kokoh mendukung kemerdekaan Palestina, sesungguhnya semakin memberi contoh bagi negara-negara Arab. Di dalam tubuh kembangnya Indonesia menuju kemajuan, membangun demokrasi, ekonomi, pendidikan dan berbagai kepentingan nasional lainnya, Indonesia masih memiliki hati nurani dengan peduli terhadap kepentingan bangsa lain. Sikap ini tentu menjadi panggilan kepada negara-negara Arab agar tidak boleh meninggalkan Palestina, saudara kandungnya.

Baca Juga:  Refleksi Ramadhan Berkebudayaan di Tunisia

Selain itu, Indonesia juga merupakan negara besar yang menghargai sejarah dan para pendiri bangsanya. Karena dalam sejarah itu, ada ideologi dan falsafah yang diwariskan, yang harus dipegang teguh oleh seluruh bangsanya dalam berjalan dan melangkah menuju kemajuan. Dalam bahasa Ibnu Khaldun, ketika melihat sejarah, ada pelajaran baik (al-‘ibr) yang harus terus diambil dan diamalkan.