JABARNEWS | KOTA CIREBON – Keraton Kanoman Cirebon melaksanakan tradisi keluarnya Gong Sekaten dari Bangsal Ukiran (Gedong Pejimatan), Sabtu (17/11/2018). Tradisi ini berlangsung satu kali dalam setahun, tepatnya pada tanggal 07 Muwal-Pat-Ma (Mulud) Kalender Aboge Keraton.
Proses keluarnya Gong Sekaten ini menjadi penanda akan dibunyikanya Gong Pusaka tersebut.
Momen keluarnya Gong Sekaten menjadi salah satu kesempatan bagi masyarakat Cirebon dan sekitarnya untuk menyaksikan secara langsung bagaimana wujud rupa gamelan pusaka.
Juru Bicara Kesultanan Kanoman, Ratu Raja Arimbi Nurtina, mengatakan, Gong Sekaten merupakan seperangkat gamelan pusaka milik Keraton Kanoman Cirebon yang awalnya berasal dari Keraton Demak.
Gamelan Sekaten itu dihadiahkan kepada Ratu Wulung Ayu (putri Sunan Gunung Jati dengan istrinya Nyimas Tepasari dari Majapahit). Saat itu, Ratu Wulung Ayu baru
saja ditinggal wafat suaminya, Adipati Unus atau Pangeran Sabrang Lor, Raja Demak Bintoro kedua setelah Raden Fattah.
“Pada saat Ratu Wulung Ayu hendak pulang ke Cirebon, putri Sunan Gunung Jati tersebut diberikan hadiah oleh Sultan Trenggono, Raja Demak Bintoro ke III. Oleh Ratu Wulung Ayu Gamelan Sekaten itu dibunyikan setiap bulan mulud dalam peringatan Panjang Jimat,” ungkapnya
Arimbi menjelaskan, saat Keraton terpecah menjadi dua Sultan, Gamelan Pusaka tersebut jatuh waris kepada Sultan Kanoman kang Jumeneng ing Keraton Kanoman.
“Sampai sekarang, Gamelan Sekaten masih tetap menjadi tradisi yang dikeluarkan dan dibunyikan pada bulan Mulud untuk menghormati kelahiran Gusti Rosul dan media Islamisasi di Cirebon,” ujarnya.
Ditambahkannya, Gamelan pusaka tersebut menjadi saksi bisu kebesaran tradisi Islam di Cirebon, tepatnya di Keraton Kanoman Cirebon. Gong Sekaten hanya boleh dikeluarkan dan diambil oleh abdi dalem Keraton Kanoman dengan disaksikan oleh Sultan Raja Muhammad Emirudin (Sultan Kanoman XII) beserta para Pinangeran Keraton Kanoman. (One)
Jabarnews | Berita Jawa Barat