Cerita Mahasiswa UI Asal Uganda, Bertahan Hidup Saat Pandemi Corona

JABARNEWS | DEPOK – Menjadi seorang mahasiswa yang menimba ilmu di tanah rantau memang menghasilkan kisah-kisah unik dan pengalaman hidup menarik. Di tengah pandemi Covid-19, sejumlah kampus memilih untuk meniadakan perkuliahan di kelas dan menggantinya dengan kuliah daring.

Banyak mahasiswa yang akhirnya memilih untuk pulang ke kampung halamannya masing-masing. Meski demikian, tidak semua mahasiswa perantau pulang ke asalnya, sebagian memilih untuk tetap bertahan di perantauan.

Seperti halnya Semukasa Philimon, mahasiswa asal Uganda, Afrika Timur, menceritakan kisah dirinya yang memilih tetap berada di asrama mahasiswa Universitas Indonesia di Depok, Jawa Barat, selama pandemi COVID-19.

Salah satu alasan mahasiswa rantau bertahan untuk tidak mudik yakni kekhawatiran bahwa mereka akan menjadi carrier atau pembawa virus yang bisa membahayakan keluarga di rumah.

“Saat itu, harga tiket mahal sekali, dan saya juga ragu apakah bandara buka atau tidak, sehingga saya memutuskan untuk tetap berkuliah online dari kamar asrama saya saja. Lagipula, saya juga menargetkan akan menyelesaikan perkuliahan dan akan kembali di tahun ini,” kata Philimon.

Saat ini, Philimon menempuh pendidikan jenjang magister (S2) dengan program studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI). Semenjak diberlakukannya Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ), Philimon yang sudah lancar menggunakan bahasa Indonesia itu memilih untuk tetap tinggal di Asrama UI, tempat indekosnya selama ini.

Baca Juga:  Hakim Salah Kaprah, Kok Lama Banget Benernya

“Sebelumnya, asrama ini sangat ramai, saya bisa menghabiskan waktu senggang bersama teman asrama maupun teman di kampus, namun sekarang, hanya tersisa 68 mahasiswa penghuni asrama,” ungkapnya.

Untuk melawan rasa bosan, Philimon kerap berolahraga keliling UI di sore hari, atau bermain futsal bersama keluarganya di Asrama UI.

“Ya, saya menyebut semua penghuni di asrama ini adalah keluarga saya, baik itu para mahasiswa, maupun pengelola asrama. Saya merasa asrama ini adalah second home saya, ada bapak saya juga di asrama ini, yaitu Kepala Asrama UI,” katanya.

Pandemi COVID-19 yang melanda dunia memberi satu sisi positif baginya, karena bisa merasakan momen kekeluargaan di sini. Setiap harinya, makanan selalu disiapkan oleh pengelola Asrama UI. Pagi, siang, malam, kata Philimon, semua sudah tersaji dan terkadang, para penghuni asrama suka membahas bersama-sama, makanan apalagi yang harus dimasak.

Baca Juga:  Longsor di Jalur Selatan Garut-Tasikmalaya, BPBD: Mobil Tak Bisa Lewat

“Kami pernah masak daun pepaya, saya kaget, pahit sekali. Lalu pernah juga kami memasak daun singkong, sayur asem, sambal. Meskipun makanan sudah disiapkan oleh pengelola Asrama UI, tetapi tidak ada tambahan biaya yang dibebankan kepada kami selain iuran bulanan,” ujarnya.

Semenjak perkuliahan tatap muka ditiadakan, Philimon dan teman-temannya juga kerap memperoleh banyak dukungan dari orang-orang baik hati, yang bahkan tidak ia kenali. Ia menuturkan banyak donatur yang datang memberikan makanan. Pihak fakultas juga selalu mengontak untuk memastikan apakah kondisi mereka baik-baik saja dan bisa mengikuti perkuliahan dengan baik.

“Selain itu, pihak klinik makara dan keamanan kampus juga luar biasa mendukung para mahasiswa yang masih tinggal di asrama ini,” ungkapnya.

Kejadian menarik yang tidak bisa Philimon lupakan adalah ketika ia ingin berbelanja kebutuhan sehari-hari di minimarket di luar asrama, ia mendapat pengawalan dari pihak asrama.

“Saya bilang tidak perlu repot-repot, namun mereka tetap mendampingi saya, karena khawatir saya tidak bisa menjelaskan jika ada petugas yang berwajib bertanya-tanya kepada saya. Bahkan ada teman saya yang juga dikawal ketika hendak pangkas rambut,” ujar pria berusia 32 tahun ini.

Baca Juga:  Bikin Tenaga Medis Bingung, Politisi Demokrat Kritisi Kebijakan Pemerintah

Ketika ditanya hal yang tidak bisa dilupakan semasa pandemi COVID-19 di Asrama UI, dia mengatakan, saat melakukan takbiran bersama pengurus Asrama UI.

“Bertakbiran bersama pengurus asrama sangat mengharukan bagi saya. Mereka mau menemani teman-teman yang merayakan hari raya Idul Fitri, sementara kami tahu mereka juga memiliki keluarga. Seru sekali melihat keriuhan takbiran di tengah sepinya asrama,” kata Philimon yang merupakan mahasiswa UI angkatan 2017.

“Salah satu yang saya rindukan adalah Nasi Goreng Kambing kantin FIB UI. Semasa COVID-19 ini harus tutup, dan saya tidak yakin apakah saya bisa kembali lagi memakannya,” kata Philimon menutup ceritanya.

Pola hidup bersih dan sehat untuk melindungi diri dari Covid-19 juga selalu diterapkan oleh Philimon.

“Saat pandemi, kami harus tetap jaga kebersihan dan selalu cuci tangan. Selain itu, harus rajin berolahraga, berjemur di pagi hari, menghindari keramaian, dan keluar rumah menggunakan masker, serta selalu minum vitamin agar tubuh tetap sehat,” tandas Philimon. (Red)