JABARNEWS | CIREBON – Meski hidup dalam keterbatasan ruang lingkup tidak membuat sejumlah penghuni Lapas Narkotika Kelas IIA (Lapasustik) Gintung, Kecamatan Ciwaringin, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, patah semangat dalam membuat kerajinan tangan yang dapat bermanfaat bagi masyarakat.
Lembaga Pemasyarakatan Khusus Narkotika Kelas IIA Cirebon, telah menerapkan berbagai program pengetahuan tentang pembuatan roti. Selain itu sejumlah warga binaan di Lapasustik Cirebon juga memiliki kreatifitas dalam menciptakan sesuatu yang bermanfaat bagi masyarakat.
Beberapa kreasi dari tangan para tahanan ini seperti orang-orangan, patung, dan replika rumah mini yang terbuat dari bahan bekas, seperti kayu yang sudah tidak terpakai serta ranting pohon, dan juga karung goni bekas yang dibuat menjadi replika orang-orangan.
Sejumlah para napi juga diajarkan bagaimana menyukur rambut dengan baik, agar pada saat berada dilingkungan masyarakat bisa membuka salon cukur rambut. Hal itu dilakukan, guna menghilangkan mindset masyarakat terhadap lembaga pemasyarakatan, khususnya Lapasustik Kelas IIA Cirebon Jawa Barat.
Salah satu penghuni Lapasustik Cirebon, Ilman Pratama mengaku senang mengikuti kegiatan ini, karena dibandingkan tidak ada kerjaan di blok Lapas, Ia lebih memilih bergabung dengan rekan-rekannya untuk membuat kerajinan tangan.
“Ketimbang jenuh tidak ada kerjaan, lebih baik seperti ini kumpul sama temen-temen dapat ilmu yang tidak didapat dari luar,” katanya. Rabu (29/7/2020)
Untuk bahan kerjaninan Ilman mengaku mendapatkan dari petugas lapas, semuanya bekas dan masih bisa dibuat kerajinan tangan.
“Bahannya dari petugas lapas, ini semua bekas mas, tidak ada yang baru. Alhamdulillah jadi kerjanan tangan dan bisa terjual kepada orang yang saat mengunjungi lapas,” katanya.
Sementara itu, Kepala Lapasustik Kelas IIA Cirebon Jalu Yuswah mengungkapkan, bahwa hal ini dapat menghilangkan mindset masyarakat terhadap lembaga pemasyarakatan, khususnya Lapasustik Kelas IIA Cirebon Jawa Barat.
Tentunya publikasi tentang kegiatan para penghuni lapas ini untuk memberikan informasi kepada masyarakat, bahwa inilah kegiatan di dalam lapas tidak seseram yang dibayangkan banyak orang.
“Mereka warga binaan dapat mengaplikasikan apa yang dimilikinya selama berada di dalam lapas,” katanya.
Ia juga berharap, setelah keluar nanti, ilmu yang didapat di dalam lapas dapat dipergunakan sebaik mungkin saat sudah berada dilingkungan masyarakat.
“Harapan kami, setelah pulang dan berada di lingkungan masyarakat, mereka tidak membutuhkan modal besar untuk mebuka usahanya. Mereka cukup mengaplikasikan ilmu yang telah didapat selama menjalani kehidupan di lapas,” harapnya. (CR2)