Agus juga menyampaikan bahwa revisi akan mencakup interpretasi ulang terhadap masa kolonial. Sebagai contoh, tidak semua wilayah Indonesia dijajah selama 350 tahun seperti yang umum diketahui. “Aceh, misalnya, baru ditaklukkan pada tahun 1920-an hingga 1930-an. Artinya, kita ini bukan bangsa yang kalah. Interpretasi seperti ini perlu diluruskan,” tambahnya.
Revisi ini juga akan menyasar periodisasi sejarah Indonesia yang selama ini tercatat dalam 10 jilid buku sejarah hingga masa Reformasi. MSI berencana memperbarui dan melanjutkan narasi sejarah hingga periode pemerintahan saat ini.
“Kami berharap revisi ini mencakup periodisasi yang berkesinambungan hingga era Presiden Prabowo. Bagi MSI, ini adalah momentum penting untuk memperkuat identitas bangsa,” kata Agus.
Revisi catatan sejarah ini diharapkan menjadi langkah penting dalam menampilkan Indonesia sebagai bangsa yang kaya akan peradaban, sekaligus mengedukasi generasi muda dengan narasi sejarah yang lebih akurat dan membanggakan. (Red)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News