JABARNEWS | JAKARTA – Buntut dari tewasnya suporter Persija Jakarta di Stadion gelora Bandung Lautan APi (GBLA), Haringga Sirilla, Menpora, Imam Nahrawi gelar pertemuan dengan stakeholder sepakbola Indonesia. Menpora mengajak seluruh pihak mewujudkan sepakbola damai tanpa kekerasan.
Pada pertemuan yang berlangsung di Kantor Kemenpora, Senin (1/10/2018) tersebut, turut hadir Wakil Ketua Umum PSSI, Joko Driyono, Ketua APPI, Ponaryo Astaman, Kepala Badan Intelkam Mabes Polri, serta Ketua BOPI, Richard Sam Bera. Juga sejumlah perwakilan klub dan suporter, di antarannya Ketua Viking, Herru Joko dan Andie Peci, perwakilan suporter Persebaya Surabaya, Bonek.
Imam menjelaskan pertemuan tersebut digelar untuk memenui instruksi Presiden RI, Joko Widodo agar kemenpora mengajak duduk bersama stakeholder sepakbola Indonesia usai tragedi GBLA. Menteri asal Bangkalan itu mengingingkan perdamaian yang tak hanya sementara. Muncul usulan untuk menggelar laga persahabatan.
“Kami berharap salah satu kesimpulan pertemuan ini akan ada pertandingan persahabatan, entah antar klub mana. Kalau perlu antar klub, pertandingan amal yang nantinya bisa menjadi contoh perbedaan hanya 90 menit, selebihnya adalah bersaudara dan persahabatan,” ujar politisi PKB itu seperti dilansir detiksport.com.
Haringga tewas dikeroyok oknum Bobotoh sebelum pertandingan antara Persib Bandung kobtra Persija Jakarta di GBLA berlangsung. Pada kasus itu, Polrestabes Bandung telah menetapkan 8 tersangka, dua diantaranya masih dibawah umur.
Imam kembali menegaskan bahwa tragedi GBLA itu menjadi catatan penting bagi PSSI dan PT LIB. Dia minta agar PSSI dan PT Liga membuat regulasi yang jelas agar tragedi itu tak terulang. Pada kesempatan itu, Imam sekaligus mengajak seluruh suporter menyadari pentingnya persaudaraan dan perdamaian. Dia memastikan jika pemerintah tak akan lepas tangan.
“Pemerintah tentu akan kawal ini dengan baik karena pemerintah berkepentingan untuk menjaga kondusivitas, keamanan, dan kenyamanan itu menjadi nomor satu menuju persaudaraan dan juga kebersamaan yang lebih baik lagi,” kata Imam.
Disebutkannya itu menjadi catatan penting bagi pihaknya dimana penonton yang ada di stadion seharusnya bisa memberikan edukasi bagi suporter yang ada di luar stadion.
“Termasuk yang tidak datang nonton di stadion dan termasuk penonton cilik yang menonton di Stadion. Betapa mulianya pertandingan itu bila ditunjukkan dengan cara yang baik juga. Maka, semuanya harus edukasi diri , tidak hanya suporter, tapi juga wasit, operator, begitu pula panpel dan sebagainya,” jelasnya.
“Termasuk juga media jika nanti ada nyanyian-nyanyian kebencian yang ada di stadion langsung dimatikan saja tvnya, jangan sampai anak-anak yang di rumah juga ikut menirukan ujaran kebencian. Itu yang akan menimbulkan efek yang sangat panjang,”tegasnya.
Untuk menyepakati bersama, suporter membubuhkan tandatangannya dalam sebuah kesepakatan damai. Dalam kesepakatan itu, terdapat 10 butir pernyataan sikap.
“Tahun lalu masih ada tanda tangan dan sekarang ada di press room, di situasi jeda liga saya mohon kepada PSSI dan LIB kami laksanakan kehendak dan kemauan rakyat bahwa rakyat bahwa kami betul-betul ingin sepa bola menyatukan dan menggembirakan dan menjadi bagian dari lahirnya generasi yang berkarakter, yang menyayangi dan mencintai di atas segala perbedaan,” pungkasnya. (Ely)
Jabarnews | Berita Jawa Barat