JABARNEWS | PURWAKARTA – Bidang Layanan Perpustakaan Dinas Kearsipan dan Perpustakaan (Disipusda) Kabupaten Purwakarta terpilih sebagai salah satu dari 9 kabupaten se-Indonesia yang menjadi percontohan dalam Program Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial oleh Perpustakaan Nasional (Perpusnas) RI.
Hal itu membuat Pemerintah Kabupaten Purwakarta patut berbangga hati. Berawal dari Lima Program Perpustakaan Unggulan (Lipperpul) yang sudah lama digagas oleh Kepala Disipusda Purwakarta Mohamad Ramdhan.
Menurutnya, perpustakaan diharapkan bisa memberikan kontribusi optimal kepada masyarakat, apalagi saat ini tengah menghadapi pandemi Covid-19. Upaya transformasi perpustakaan, bukan hal yang mustahil dalam membantu meningkatkan kemampuan masyarakat, sehingga dapat mengubah kualitas hidupnya menjadi lebih baik.
“Sebetulnya liperpul ini sudah lama adanya, yaitu getuk lindri (gerakan untuk literasi mandiri), maranggi (maca rame-rame ngangge digital), simping (sumber informasi melalui pelayanan perpustakaan keliling), pala manggu (pelayanan hari Minggu) dan ngala manggu (ngabuka layanan sabtu jeung minggu). Getuk lindri inilah yang menjadi cikal bakal berkembangnya potensi masyarakat, kegiatan layanan pembinaan dan bantuan untuk pendirian/pembuatan sudut baca atau perpustakaan, baik di instansi pemerintah maupun swasta, lembaga pendidikan, desa/kelurahan, rumah ibadah, TBM, lapas, tempat pelayanan publik maupun komunitas,” ungkap pria yang akrab disapa Dadan itu, pada Sabtu (24/10/2020).
Untuk itu, sambung dia, peran perpustakaan harus ditingkatkan sebagai wahana pembelajaran bersama, untuk mengembangkan potensi masyarakat.
Selain menyediakan sumber-sumber bacaan untuk menggali informasi dan pengetahuan, lanjut Dadan, perpustakaan juga memfasilitasi masyarakat dengan berbagai kegiatan pelatihan dan keterampilan, yang bertujuan untuk pemberdayaan sosial ekonomi masyarakat.
“Awalnya saat berkeliling ke tiap-tiap desa untuk melakukan MOu Pojok Baca, ada seseorang yang membaca buku kemudian ia mengembangkan potensinya, diawal dia membuat produk herbal lalu dijual, kemudian mengelola limbah hasil dari membaca buku yang diikuti dengan membuat pojok baca di desanya. Nah yang terakhir itu membuat produk rajutannya setelah ia belajar dari membaca buku, lalu menjualnya melalui online,” ujarnya.
Abah Dadan bercerita, program inklusi sosial di Perpusda Purwakarta membuka kursus pelatihan merajut, berawal dari ide pengunjung perpustakaan yang sukses mengembangkan potensi rajutannya hingga laku di pasar online.
Selain pelatihan rajutan, Ditambahkanya, masih ada pelatihan-pelatihan lainnya yang ada di Perpusda Purwakarta seperti kelas menulis, kelas menyablon dan lainnya. Sampai saat ini Perpustakaan sudah banyak yang berkunjung untuk mengikuti pelatihan-pelatihan tersebut.
“Setelah ia berhasil dengan produk rajutan yang turut membantu perekonomiannya, ia meminta saya untuk membuka pelatihan merajut di Perpustakaan Purwakarta. Saya menyambut baik hal tersebut, dengan syarat menerapkan protokol kesehatan mengingat saat ini pandemi Covid-19, seperti membatasi jumlah peserta pelatihan setiap harinya. Untuk jadwal pelatihan merajut setiap hari Rabu dan Jumat, untuk kelas menulis di hari Sabtu, kemudian kelas printing atau sablon juga sudah kita siapkan peralatannya,” katanya.
Ia mengungkapkan, mengapa Purwakarta menjadi satu-satunya kabupaten yang mewakili Jawa Barat sebagai kabupaten percontohan Program Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial, yakni dampak yang sangat baik untuk perekonomian masyarakat.
“Sebetulnya di Jawa Barat yang terpilih ini ada 2 kabupaten, yaitu Purwakarta dan Pangandaran, setelah diseleksi lagi melihat dari dampak yang paling bagus yang bisa memulihkan perekonomian masyarakat yaitu Purwakarta. Seperti yang disebutkan diatas, inovasi yang dihasilkan dari membaca buku (merajut) sangat berdampak positif untuk ekonomi masyarakat,” ungkapnya.
Untuk kedepannya setelah pandemi ini selesai, tambah Dadan, pihaknya akan sosialisasi ke setiap sekolah SMA di Purwakarta untuk datang ke Perpusda untuk membaca buku dan mengikuti pelatihan-pelatihan yang ada.
“Sehingga nantinya siswa/siswi sudah punya keterampilan dalam melakukan inovasi untuk mengisi waktu luangnya,” tutup Dadan. (Gin)