Oleh karena itu, Pendiri NU Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari menyebut organisasi yang didirikannya itu sebagai jam’iyyah ishlahiyyah.
“NU juga gerakan ulama untuk memperbaiki umat, baik aspek keagamaannya maupun kemasyarakatannya,” tegas ulama asal Tanara Banten itu.
Dengan garis khittah perbaikan itu, maka cara (khatwah) yang harus dilaksanakan adalah langkah perbaikan, bukan langkah mengambil kekuasaan.
“Mengambil kekuasaan bukan khittah kita. Itu urusan Allah, karena Allah yang memberikan kekuasaan pada orang yang dikehendaki,” kata Wapres.
Kiai Ma’ruf juga menegaskan bahwa NU mengedepankan paradigma berpikir moderat dan dinamis. Artinya, mengutip al-Qarafi, dinamis itu tidak statis pada teks-teks saja, statis pada teks kitab saja. NU juga berpegang teguh pada madzhab.