Menjelang Pilkada, Masyarakat Indonesia Masih Sulit Bedakan Fakta dan Hoaks

Ilustrasi sekelompok masyarakat yang kebingungan membedakan fakta dan hoaks yang beredar di media sosial (Foto: Dall-E)
Ilustrasi sekelompok masyarakat yang kebingungan membedakan fakta dan hoaks yang beredar di media sosial (Foto: Dall-E)

JABARNEWS | JAKARTA – Survei terbaru Masyarakat Antifitnah Indonesia (Mafindo) mengungkap fakta mengejutkan tentang literasi digital masyarakat Indonesia menjelang Pilkada. Hasil survei menunjukkan bahwa mayoritas masyarakat masih kesulitan membedakan antara informasi yang benar atau fakta dan hoaks. Hal ini tentu menjadi perhatian serius mengingat pentingnya informasi yang akurat dalam proses demokrasi.

Dalam keterangan tertulis yang diterima redaksi Jabarnews.com, Komite Litbang Mafindo menerangkan survei ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran tentang literasi hoaks dan partisipasi politik masyarakat. Survei juga mengkaji hubungan antara tingkat literasi hoaks dengan partisipasi politik masyarakat, serta dampak hoaks terhadap proses demokrasi, menjelang Pilkada.

Baca Juga:  Prabowo Subianto Tegaskan Presiden Jokowi Tak Ikut Campur Urusan Pilkada 2024

Survei yang melibatkan 2.011 responden dari 20 provinsi di Indonesia, meliputi 10 provinsi dengan Indeks Kerawanan Pemilu (IKP) tertinggi dan 10 provinsi dengan IKP terendah ini menunjukkan bahwa literasi hoaks masyarakat Indonesia masih berada pada level sedang.

Program Officer Riset Mafindo, Nuril Hidayat, mengungkapkan bahwa kesulitan masyarakat dalam membedakan fakta dan hoaks terlihat dari data hasil survei yang menyebutkan 60% responden tidak mengetahui bahwa klaim tentang Warga Negara Asing (WNA) diberi KTP untuk mencoblos adalah hoaks. Selain itu, 66,1% responden tidak mengetahui bahwa klaim Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) dimobilisasi untuk memenangkan pasangan calon tertentu juga hoaks.

Baca Juga:  Belum Bermental Juara, Shin Tae-yong Keluhkan Rapuhnya Kepercayaan Diri Timnas Indonesia U-19 Jelang Piala Dunia U-20

Lebih lanjut, penelitian ini juga mengungkap bahwa partisipasi politik masyarakat di ranah daring cukup tinggi, sementara di ranah luring masih berada di level sedang.

“Menariknya, terdapat hubungan positif antara literasi hoaks dan partisipasi politik. Artinya, semakin tinggi tingkat literasi hoaks seseorang, semakin tinggi pula partisipasinya dalam aktivitas politik,” ujar Nuril dalam kegiatan diseminasi hasil survei Mafindo secara daring, Rabu (20/11/2024).

Baca Juga:  Pandemi Covid-19, Pedagang Kain Pasar Ikan Medan Menjerit

Anggota tim riset, Finsensius Yuli Purnama, menegaskan literasi hoaks masyarakat Indonesia di level sedang karena secara kognitif pengetahuan mereka soal hoaks yang berada pada level sedang sebanyak 68%, 23,7% pada level tinggi, dan 7,6% pada level rendah.