“Di tahun 2023 saja dengan skema normal, angka kepesertaan lebih tinggi 14,29 persen dari target awal, dampak mengenai peningkatan peluang kerja ini juga dikonfirmasi oleh studi Definit dari ADB di mana angkanya mencapai 95 persen,” jelas Menko Airlangga.
Program Prakerja juga mendapatkan dukungan dari berbagai penelitian evaluasi dampak, termasuk studi Presisi yang mencatat peningkatan pendapatan per bulan bagi penerima program.
Berdasarkan hasil evaluasi positif dan komitmen untuk terus memperbaiki diri, diputuskan bahwa program ini akan dilanjutkan di tahun 2024.
Penyelenggaraan Program Prakerja di tahun 2024 akan ditingkatkan kualitasnya dengan adanya moda pelatihan tambahan yang mendukung fleksibilitas dan aksesibilitas, terutama bagi peserta dari Indonesia Timur yang memiliki perbedaan waktu. Salah satu inovasi adalah pengaktifan kembali pelatihan asynchronous, yakni moda pembelajaran mandiri.
Dalam rapat tersebut juga disebutkan beberapa upaya untuk memperkuat Program Prakerja di tahun 2024, antara lain peningkatan kolaborasi dengan lebih banyak pihak, perluasan jangkauan ke daerah terpencil, dan peningkatan kualitas pelatihan melalui penambahan moda pelatihan seperti Self-Paced Learning (SPL).
Keputusan ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang lebih luas bagi masyarakat Indonesia dalam menghadapi tantangan di pasar kerja yang semakin kompetitif. (red)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News