Presiden Jokowi Kritisi Perguruan Tinggi Yang Tidak Pernah Berubah

JABAR NEWS | JAKARTA – Presiden Joko Widodo (Jokowi) kembali melemparkan kritik terhadap perguruan-perguruan tinggi yang dinilainya susah berubah, meskipun dunia sudah jauh berubah. Tiga puluh tahun, menurut Presiden, yang namanya fakultas, jurusan itu masih sama persis, enggak berubah.

“Coba, kita lihat fakultas ekonomi, jurusannya apa Pak Renaldi, akuntansi, manajemen, ekonomi pembangunan. Tiga ini di semua universitas, ini ada mungkin ada tambahan yang lain, tapi yang tiga ini sudah mungkin lebih dari 30 tahun. Ini baru fakultas ekonomi,” kata Presiden Jokowi saat menghadiri Rembuk Nasional ke-3 Tahun 2017, di JI-Expo Kemayoran, Jakarta, Senin (23/10/2017) malam, dilansir dari laman setkab.go.id.

Menurut Presiden, tidak ada yang berani membuka ekonomi digital, enggak ada fakultas ekonomi digital. Jurusannya, misalnya jurusan toko online, jurusannya fintech, tidak ada yang berani membuka itu. Jurusannya meme. Itu nanti akan berkembang.

“Kalau kita tidak berani ini ada perubahan-perubahan dunia dan kita masih rutinitas, masih monoton, ditinggal betul kita. Siapa yang bisa mengantisipasi ini, yang pertama yang paling cepet menangkap perubahan itu Universitas, Perguruan Tinggi,” tutur Kepala Negara.

Kepala Negara mengingatkan, kalau perguruan tingginya enggak menangkap ini, bahwa sudah ada perubahan-perubahan bahaya kita. “Saya hanya ingin mengingatkan. Tidak ada fakultas yang menyiapkan logistic platform, tidak ada fakultas yang menyiapkan retail platform, tidak ada,” ujarnya.

Baca Juga:  Video: Pengrajin Anyaman Bambu Di Desa Cipanas Sumedang

Padahal, lanjut Kepala Negara, ke depan semuanya kita basisnya basis digital semuanya. Sangat berbahaya sekali kalau tidak kita mulai karena saya dalam 10-15 tahun yang akan datang ini semua kekhawatiran ini muncul.

Ia menyebutkan, saat konferensi dengan presiden, perdana menteri lain, sama, ada kekhawatiran itu. Akan terjadi, ini masalah transisi. Karena itu, Kepala Negara mengingatkan, ini kesempatan kita kalau kita bisa ambil, kalau tidak bisa ambil ya sudah ditinggal artinya kita.

Presiden Jokowi menambahkan, di Tiongkok, 30-35 persen toko itu sudah tutup/ mau tutup, karena ada swifting, ada pergeseran dari offline ke online, terutama karena Alibaba memiliki yang sudah memiliki logistic platform dan retail paltform yang betul-betul sudah merambah ke mana-mana.

Oleh sebab itu, dengan perubahan-perubahan ini, menurut Presiden, 10-15 tahun yang akan datang akan terjadi yang namanya lanskap politik global yang berubah. Akan terjadi lanskap poltik global yang beubah, akan terjadi lanskap interaksi sosial yan gakan berubah total.

Baca Juga:  Bejat! Kesepian Ditinggal Cerai Istri, Ayah Gagahi Anak Kandung

“Inilah yang harus diantisipasi oleh kita semuanya,” tutur Presiden.

Kalau sudah global berubah politik, menurut Presiden, politik nasional itu juga akan berubah. Lanskap ekonomi global berubah, lanskap ekonomi nasional juga akan berubah, daerah nanti juga akan berubah. Interaksi sosial juga berubah semuanya.

Presiden Jokowi memberi contoh, dulu kalau mau makan sate ya pergi ke warung sate, sekarang minta Go-food, 30 menit sudah datang. Mau beli gado-gado, jika biasanya pergi ke warung gado-gado, sekarang minta Go-food, 30 menit datang gado-gadonya.

“Semua saya kira sama, bapak ibu semuanya. Ini akan cepat sekali melanda dunia, Jakarta, daerah dan daerah. Lanskap itu akan berubah semua. Lanskap politik berubah, lanskap ekonomi berubah, lanskap interaksi sosial kita juga akan berubah,” tegas Kepala Negara.

Inilah, tegas Kepala Negara, yang harus diantisipasi, termasuk nantinya hal-hal yang berkaitan dengan media juga sama. Orang sudah lihat TV lagi, mungkin enggak baca koran lagi. 10-15 tahun yang akan datang, Kepala Negara memperkirakan, semua pegangnya hanya smartphone, handphone, gawai, gadget.

“Klik mau apa. Mau belanja? Tanya ibu-ibu sekarang belanjanya dengan apa. Tiap hari klak klik, klak klik saja. Saya lihat Bu Jokowi juga sama. Ini kok asik ini apa, saya tengok itu aduh yang dilihat di situ, ya enggak usah saya ceritakan,” ungkap Presiden Jokowi yang disambut senyum peserta Rembuk Nasional ke-3 itu.

Baca Juga:  Naturalisasi Ole Romeny Belum Diajukan, Menpora Tunggu Langkah PSSI

Kepala Negara mengingatkan, perubahan-perubahan itu harus diantisipasi betul. Kepala Negara mengaku betul-betul khawatir kalau ini tidak kita siapkan. Ia setuju dengan pernyataan mengenai cyber law and inforcement, cyber army, cyber patrol, cyber infrastructure, cyber strategy.

“Ya memang harus sampai ke sana karena dunianya nanti akan berubah ke situ. Siapa yang dulu bisa memanfaatkan opportunity  ini, peluang ini ya dia negara itu yang akan menang,” tutur Kepala Negara.

Tampak hadir dalam kesempatan itu antara lain diantaranya Mendagri Tjahjo Kumolo, Sekretaris Kabinet Pramono Anung, Menkominfo Rudiantara, Menteri Pariwisata Arief Yahya, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya, Menteri Tenaga Kerja Hanif Dhakiri, Menkumham Yasonna H. Laoly, Kepala Staf Presiden Teten Masduki, Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo, dan Kapolri Jenderal Tito Karnavian. (*)

Jabar News | Berita Jawa Barat