Sunat Perempuan, Tradisi Berbahaya Yang Sulit Hilang Meski Dilarang

Pendiri Yayasan Puan Amal Hayati, Sinta Nuriyah Wahid (Foto: Wikipedia)
Pendiri Yayasan Puan Amal Hayati, Sinta Nuriyah Wahid (Foto: Wikipedia)

Oleh karena itu, Sinta berharap adanya sinergi seluruh pihak untuk terus bergerak dalam upaya melindungi perempuan dan anak dari budaya P2GP atau sunat perempuan.

“Kami melakukan survei dan sosialisasi untuk mendapatkan gambaran penerimaan masyarakat terhadap tindakan sunat perempuan. Berdasarkan hasil survei dan sosialisasi tersebut, kami mendapatkan sunat perempuan banyak dilakukan oleh bidan, perawat, dan paramedis sebanyak 45,8 persen dan yang dilakukan oleh dukun bayi sebanyak 27,7 persen,” jelas Sinta.

Baca Juga:  Dirjen Pajak Sebut Banyak PNS Hidup Serumah Tanpa Nikah, Ini Faktanya

Hal ini menurutnya menunjukan usaha mengentaskan sunat perempuan masih mengalami hambatan dan tantangan.

Dalam Seminar Nasional “Memperkuat Otoritas Negara dalam Pencegahan Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak: Pemotongan dan Pelukaan Genitalia Perempuan (P2GP)/Sunat Perempuan dan Perkawinan Anak”, Sinta menyampaikan sumbangan pikiran dari semua pihak akan menjadi masukan berharga untuk membantu mengurangi angka P2GP atau sunat perempuan.

Baca Juga:  Bikin Puasa Makin Seru Dengan Aplikasi Edit Foto dan Video Ini

“Sumbangan pikiran Bapak dan Ibu sekalian akan menjadi masukan yang berharga untuk memperkecil angka P2GP atau sunat perempuan,” pungkas Sinta.

Baca Juga:  Tok! Pemerintah Tetapkan 1 Syawal 1444 Hijriah Jatuh Pada Sabtu 22 April 2023