JABARNEWS | PURWAKARTA – Pasca ambruknya jembatan yang berlokasi di Desa Cijunti, Kecamatan Campaka, Kabupaten Purwakarta pada Jumat, 3 April 2020 lalu, membuat Warga terpaksa menggunakan jalan lain untuk tetap bisa beraktivitas seperti biasa.
Jembatan yang ambruk biasa disebut Jembatan Bodem itu merupakan penghubung antara Desa Cijunti Kecamatan Campaka dan Desa Karangmukti, Kecamatan Bungursari.
Suherman (46), warga Desa Cijunti Kecamatan Campaka, menuturkan, ambruknya jembatan Bodem membuat dirinya harus memutar jauh jika berangkat bekerja.
“Kalau pake jalur ini (jembatan Bodem) hanya 10 menit menuju pabrik yang berada di Cikopo. Namun Jika memutar lewat jalur Cibungur bisa makan waktu 40 menit dan Kalau lewat sadang bisa lebih dari satu jam,” ucap Suherman, saat ditemui dilokasi jembatan Bodem, pada Kamis (16/4/2020).
Dirinya berharap, Jembatan Bodem itu segera secepatnya diperbaiki. Karena kondisi masyarakat setempat mengandalkan jembatan tersebut untuk mobilitas sehari-hari.
“Terpaksa sementara ini jembatan ditutup, karena sudah enggak bisa dilewati. Kami harus muter jauh jika mau ke pabrik. Kamk harap sih ini segera diperbaiki, biar warga Cijunti tak memutar jauh jika mau bekerja,” harapnya.
Bosan harus memutar jauh, masyarakat di dua desa tersebut, bergotongroyong dan dana swadaya dari masyarakat setempat, berinisiatif membuat jalan dan jembatan sederhana yang hanya dapat diakses oleh pengendara roda dua dan pejalan kaki saja.
“Kami membangun jalan ini murni inisiatif warga dan dana nya pun dari swadaya atau sumbangan dan ada juga sumbangan material dari toko bangunan disekitar Desa kami” terang H Karya yang merupakan Ketua RT di Desa Cijunti saat ditemui dilokasi.
Dijelaskannya, jembatan Bodem ini sangat vital sebagai jalur utama penghubung di sekitar wilayah tersebut. Terlebih, warga setempat yang mayoritas pekerja buruh pabrik itu, menggunakan jalan tersebut sebagai akses setiap hari untuk menuju ke tempat kerjanya.
“Mayoritas warga di sini (Desa Cijunti.red) menggunakan akses jembatan ini untuk aktivitas sehari-hari. Jadi Tiap hari ramai yang melintas terutama pagi dan sore karena banyak karyawan pabrik yang pulang pergi bekerja. Oleh karena itu kita sepakat membuat jalan alternatif ini sebelum jembatan Bodem diperbaiki atau kembali di bangun” jelasnya.
Sementara, saat disinggung sejauh mana Pemerintah menanggapi ambruknya jembatan Bodem tersebut, dirinya mengaku tidak mengetahuinya.
Hanya saja, kata H.Karya, pasca ambruknya jembatan, pemerintah daerah sudah melakukan pengecekan dan melihat langsung situasi jembatan yang total tak dapat lagi digunakan.
“Dari Pemkab Purwakarta sudah ada yang turun kesini, tapi kapan akan diperbaikinya tidak tahu, kami belum ada kabar. Kalau harus menunggu mungkin terlalu lama sementara jalan ini salah satu penunjang ekonomi warga disini” imbuhnya.
Untuk memberikan rasa aman bagi pelintas, saat ini di jalan alternatif tersebut dijaga masyarakat setempat selama 24 jam. Mengingat jalan yang dilintasi cukup curam dan terjal sehingga berbahaya bagi pengendara.
Meski begitu, meski baru 2 hari jalan tersebut dibuat, sudah ada ribuan pengendara atau warga yang melintasi jalan tersebut.
“Warga stanby 24 jam untuk membantu pengendara, meski cukup terjal dan berbahaya, tapi jalan tetap ramai karena warga sangat membutuhkan akses jalan ini,” pungkasnya. (Gin)