Waspada Erupsi Gunung Gede

JABARNEWS | CIANJUR – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Cianjur masih mewaspadai potensi terjadinya erupsi Gunung Gede. Meskipun siklus erupsi gunung itu sudah melewati masanya.

Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Cianjur, Dodi Permadi, mengatakan, pihaknya terus mewaspadai berbagai potensi bencana yang dapat terjadi di wilayah Kabupaten Cianjur, tak terkecuali potensi erupsi Gunung Gede.

“Jika menghitung siklus 50 tahunan, sebetulnya sudah lewat. Terakhir, Gunung Gede mengalami erupsi pada 1957,” kata Dodi, dikutip dari beritacianjur, Selasa (8/5/2018).

Belum lama ini bertepatan peringatan Hari Kesiapsiagaan Bencana, BPBD Kabupaten Cianjur menggelar pelatihan simulasi evakuasi bencana erupsi Gunung Gede. Simulasi dilakukan agar penanganan saat terjadi erupsi Gunung Gede bisa lebih terkoordinasi dengan baik antarelemen.

Baca Juga:  Polisi Purwakarta Tak Henti Ingatkan Masyarakat Tentang Pencegahan Covid-19

“Gunung Gede termasuk satu di antara yang aktif di Jawa Barat. Mudah-mudahan siklusnya bergeser lebih jauh,” jelas dia.

Indeks risiko bencana di Kabupaten Cianjur berada di peringkat pertama. Terdapat sembilan jenis bencana yang potensi kerawanannya relatif tinggi di wilayah tersebut.

“Cianjur memiliki sembilan potensi bencana yakni banjir bandang, gempa bumi, tanah longsor, pergerakan tanah, puting beliung, cuaca ekstrem, kekeringan, tsunami, dan gunung berapi,” ucapnya.

Dodi mengaku BPBD terus berupaya mengurangi risiko bencana terhadap masyarakat. Satu di antaranya gencar menyosialisasikan sejak dini pendeteksian potensi risiko bencana di suatu daerah sehingga bisa menurunkan indeks kerawanannya.

Baca Juga:  Mungkinkah Prabowo-Gibran dan Ganjar-Mahfud Bakal Bertarung di Putaran Kedua Pilres 2024? Ini Hasil Surveinya

“Jika sudah tahu potensi risikonya, maka bisa menurunkan indeks bagaimana kita menanggulangi bencana. Artinya kita bisa menurunkan indeks risiko bencana di suatu daerah,” tutur Dodi.

Berbagai upaya sebetulnya bisa ditangkal mengantisipasi kerawanan bencana. Kabupaten Cianjur yang merupakan daerah dengan risiko tinggi bencana, kata Dodi, tentunya perlu ada penanganan ekstra. Penanganan itu tak hanya pascabencana saja, tapi juga prabencana.

“Memang yang namanya bencana itu tak bisa ditebak dan diprediksi. Tapi antisipasi dini bisa dilakukan. Misalnya dengan tidak merusakan alam. Kita harus bisa menjaga lingkungan, misalnya tidak melakukan alih fungsi lahan yang mengakibatkan kerusakan alam sehingga memicu terjadi bencana,” ujarnya.

Baca Juga:  Ribuan Anggota PWI Bantu Pemberitaan Positif, Perilaku Kebiasaan Baru Di Masa Pandemi

Bukan perkara mudah mengimplementasikannya. Tapi dengan koordinasi antarorganisasi perangkat daerah teknis, seperti perizinan, setidaknya bisa menjadi penangkal dini menekan risiko terjadinya bencana.

“Harus kita sadari, indeks risiko bencana di Kabupaten Cianjur itu nomor satu di Jawa Barat bahkan nasional. Sekarang bagaimana kita menyikapinya agar bisa hidup berdampingan dengan bencana,” lanjutnya.

Artinya kita perlu tahu akan melakukan apa ketika terjadi bencana. Jika sudah mandiri dalam pemahaman menyikapi bencana, maka risikonya bisa kita perkecil.

“Itu butuh kesadaran masyarakat juga. Tapi tetap, kita harus selalu waspada dan berprinsip siap untuk selamat,” tandasnya. (Yfi)

Jabarnews | Berita Jawa Barat