JABARNEWS | CIAMIS – DPRD Provinsi Jawa Barat mendorong Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat khususnya dalam mengelola kebutuhan peternakan di Jawa Barat. Pasalnya, saat ini Peternak Ayam Petelur mengeluhkan produktivitas ayam petelur yang baru mencapai 50 persen hingga 60 persen.
Bahkan untuk memenuhi kekuranganya harus mendatangkan dari luar provinsi sebagai dampak dari ketergantungan peternak terhadap jagung impor yang ketersediaannya pun masih minim.
Ketua Komisi II DPRD Provinsi Jawa Barat, Didi Sukardi menyebutkan, komisional akan mengusulkan perda inisiatif terkait dengan kedaruratan baik pakan maupun bibit ayam petelur yang belum terpenuhi dengan baik. Selain itu, Kabupaten Ciamis berpotensi menjadi penghasil peternak/unggas.
“Kita dari komisi II akan segera menindaklanjuti masalah ini dengan cara akan mengumpulkan 3 element yaitu dinas peternakan, dinas kesehatan, Himpunan Peternak Unggas, biar semua keluar tuh unek-unek nya nanti hasilnya kita bisa rekomendasikan,” ujar Didi di Paguyuban Peternak Ayam Petelur Ciamis, Kab. Ciamis, Senin (8/4/2019).
Jawa barat ini, lanjut Didi, khususnya Ciamis terkenal sebagai salah satu sentra penghasil jagung. Kondisi ini juga diperparah dengan menurunnya harga ayam afkir yang hingga saat ini menyentuh kisaran Rp. 6000/kg atau turun 40% dari sebelumnya.
“Kedepannya jangan sampai apabila sektor ini lumpuh karena melonjaknya harga jagung yang permanen. Bisa diperkirakan para peternak skala kecil lebih memilih untuk mengosongkan kandangnya dan mencari alternatif usaha lain,” lanjut Didi.
Didi menambahkan, dalam kondisi seperti itu bisa diprediksi akan meningkatkan angka pengangguran. Padahal populasi peternak kecil yang mencapai 70 persen itu, justru memiliki kontribusi besar pada produksi telur. Dari peran mereka pula Ciamis ini berperan sebagai pemasok 30 persen kebutuhan telur nasional.
“Bila tidak ada instansi atau pihak terkait yang memberikan solusi ataupun kebijakan dengan segera maka dapat saja terjadi klimaks, dimana komoditi telur menjadi langka karena penurunan populasi yang signifikan.” katanya. (Red)