36 Perusahaan Sediakan 15 Juta Katering Untuk Jemaah Haji Indonesia

JABARNEWS | JAKARTA – Katering menjadi salah satu bagian yang terpenting dalam haji. Selain tentunya pelaksanaan ibadah haji, maka katering adalah penunjang terpenting bagi jemaah Indonesia.

Saat layanan ketering haji berlangsung lancar, kerja keras, aksi cermat, dan monitor intensif, maka jemaah juga akan merasa senang menjalankan ibadah haji. Tapi bila pasokan pangan tersumbat, semua jadi terbelalak. Memang betapa sensitifnya urusan hajat dasar ini.

Pada musim haji akhir 2006, suplai katering jemaah haji Indonesia ke Arafah mampet. Perasaan jemaah bercampur antara berusaha pasrah menjalani puncak ibadah atau melepas emosi akibat lapar.

Hingga akhirnya, katering termasuk 10 inovasi layanan haji 2018 yang disampaikan Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin kepada DPR dalam Rapat Kerja di Mahbas Jin, Makkah, 17 Agustus 2018 lalu.

Selama di Makkah, jemaah haji diberi makan sehari dua kali selama 20 hari. Total 40 kali makan siang dan malam. Di kota kelahiran Nabi itu, Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Indonesia melayani 8,13 juta kotak makanan untuk 203,3 ribuan jemaah reguler. Tahun lalu, jemaah haji di Makkah hanya diberi 25 kali makan.

Baca Juga:  Ini Alasan Radovic Pilih Lopicic

Belum lagi ditambah paket kelengkapan makanan yang dikemas dalam kotak plastik berisi teh, gula, kopi, sambal dan kecap botol, sendok, serta gelas. Ada juga snack pagi yang diberikan bersama paket makan malam.

15 Juta Kotak Nasi

Di Makkah, 36 perusahaan katering digandeng. Mereka diikat kontrak dengan syarat dan pengawasan ketat. Menu katering ditentukan, isinya nasi, lauk, sayuran, buah, dan sebotol air mineral.

Setiap hari, menu makan siang dan malam berbeda. Jenis lauk, sayuran, dan buah dibuat variasi. Lauknya mulai daging sapi lada hitam, ikan patin pesmol, ayam kecap cabai hijau, daging teriyaki, sampai bistik daging sapi.

Begitu pula buahnya, ada jeruk, apel, dan kurma. Sayurannya, dari tumis buncis, wortel, tempe cabai ijo, sampai terong balado. Semua menu nusantara. Cita rasanya memang dibikin makin nikmat di lidah Indonesia.

Baca Juga:  Atas Kepemilikan Sabu, Pria Asal Kuningan Terancam 20 Tahun Penjara

Dalam kontrak, juru masak dan bumbu harus didatangkan dari Indonesia. Juru masak ditraining dan disertifikasi oleh ahli tata boga dari kampus pariwisata Bandung dan ahli gizi dari Rumah Sakit Haji Jakarta. Direkrut pula 142 pengawas katering di Makkah untuk memastikan kontrak dipatuhi.

Inovasi katering di Makkah tidak mengurangi layanan katering di Madinah, Jeddah, dan Arafah-Muzdalifah-Mina (Armuzna) yang sudah jalan lama. Di Madinah, tetap disediakan 18 kali makan, selama 9 hari, plus sarapan snack. Semua itu disediakan oleh 15 perusahaan katering dan dipantau 42 pengawas.

Di Jeddah, jamaah diberi 1 kali makan dari dua perusahaan katering. Dimonitor 10 pengawas. Di Armuzna, tersedia 16 kali makan, 3 kali sehari. Katering Armuzna dipasok 19 perusahaan, untuk 26 maktab, dan 44 maktab sisanya, diurus Muassasah.

Baca Juga:  Korban Human Trafficking Per Kepala Dijual Rp400 Juta, Begini Langkah Dedi Mulyadi

Ringkasnya, setiap jemaah disediakan 75 kali makan selama 34 hari. Untuk 203.351 orang, PPIH menyediakan 15.251.325 kotak nasi. Bisa jadi, inilah hajatan penyediaan katering terbesar di dunia dalam durasi waktu paling lama.

Jemaah menyediakan makan sendiri hanya selama lima hari, yaitu tiga hari menjelang wukuf dan dua hari setelah Armuzna. Pada hari-hari itu, beberapa pemondokan menerima paket makanan gratis dari para dermawan yang mengirim makanan dengan mobil-mobil box. Layanan katering di Saudi sudah 90 persen dari masa tinggal jemaah.

“Jemaah haji tak perlu lagi membawa bekal makanan terlalu banyak selama di Tanah Suci. Sebab peningkatan layanan katering tahun ini sangat signifikan,” ujar Kasubdit Katering Haji Direktorat Pelayanan Haji Luar Negeri Kemenag, Abdullah Yunus, dikutip Liputan6.com dari kemenag.go.id, Senin (27/8/2018). (Des)

Jabarnews | Berita Jawa Barat