Penulis : Firli Bahuri,Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) RI
JABARNEWS | BANDUNG – Syukur Alhamdulillah, Umat Muslim dunia khususnya di tanah air, masih diberikan kesempatan oleh Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa untuk bertemu dan merayakan kembali Tahun Baru Islam, 1 Muharram 1444 Hijriah.
Meski angka sebaran relatif menurun, situasi pandemi Covid-19 yang masih melanda negeri ini, tentunya membuat berbagai bentuk perayaan Tahun Baru Islam seperti pawai obor massal, yang senantiasa saya ikuti semasa kecil hingga beranjak remaja dikampung halaman, mungkin hanya dapat dilakukan dengan batasan-batasan tertentu, demi keselamatan jiwa kita bersama.
Namun saya percaya dan meyakini, umat tidak sekedar merayakan Tahun Baru Islam sebagai ceremony akbar tahunan yang memang sangat dinanti-nanti setiap muslim dunia, namun esensi serta keutamaan 1 Muharram yang sarat dengan tauladan dan nilai-nilai kehidupan baik didalamnya, tentunya menjadi momentum kebangkitan mental dan spiritual agar kita senantiasa kembali kejalan yang benar, sebagai seorang hamba-Nya.
Muharram memiliki arti yang diutamakan atau dimuliakan, karena beragam peristiwa bersejarah dan sangat penting bagi peradaban, perkembangan dan kemajuan Islam, salah satunya Hijrah Nabi Besar Muhammad SAW, terjadi di bulan yang penuh rahmat ini.
Hijrah secara bahasa berasal dari kata hajara yang maknanya adalah berpindah atau menjauhi dan atau memutus dan meninggalkan sesuatu yang tidak baik.
Rasulullah SAW juga pernah mengatakan, orang yang berhijrah adalah orang yang berpegang teguh pada _amar ma’ruf nahi munkar_ menjalani perintah serta menjauhi apapun yang dilarang oleh-Nya dan niat berhijrah untuk tujuan meninggalkan keburukan atau kondisi yang bertentangan dengan Al Quran serta hadis, idealnya semata-mata dilakukan karena Allah SWT, sebagaimana QS. Al-Baqarah ayat 218:
إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَالَّذِينَ هَاجَرُوا وَجَاهَدُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ أُولَٰئِكَ يَرْجُونَ رَحْمَتَ اللَّهِ ۚ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ
Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Baqarah: 218).
Sangat jelas, hijrah dari keadaan atau perbuatan jahat, buruk dan tercela, seperti perilaku koruptif atau budaya/laten korupsi, sejatinya hanya dilakukan oleh orang-orang yang beriman.
Dengan kata lain, manusia yang berperilaku koruptif dan berani melakukan korupsi, termasuk golongan manusia yang tidak beriman karena berani mengingkari keberadaan tuhan serta agamanya, dan mengkhianati nilai-nilai kemanusiaan, _”naudzubillah min dzalik”_
Apalagi, korupsi bukan sekadar kejahatan yang hanya merugikan keuangan negara atau perekonomian negara semata, dampak kejahatan yang merampas hak-hak rakyat dan juga kejahatan terhadap kemanusiaan _(corruption is a crime againts humanity)_ ini, sangat destruktif pada setiap tatanan di segala aspek kehidupan masyarakat, bangsa dan negara.
Tidak sedikit negara-negara dunia yang gagal dalam menjalankan kewajiban, khususnya kepada rakyat, setelah korupsi yang dilakukan atau sengaja dibiarkan menjamur oleh elit-elitnya, lambat laun mulai menggerogoti, merusak dan meluluhlantakkan semua sistem dan setiap tatanan kehidupan di negara tersebut.
Hijrah dalam artian mengamalkan _amar ma’ruf nahi munkar_ , sejatinya adalah kunci bagi segenap umat manusia, bukan hanya Muslim, agar terhindari dari perilaku koruptif dan perbuatan tercela lainnya.
Lihat saja pandangan Joe Biden saat kampanye sebagai Presiden Amerika Serikat, dimana beliau mengutip hadist _amar ma’ruf nahi munkar_
مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ الإِيمَانِ
Biden menyebut Hadits Nabi Muhammad SAW yang menginstruksikan siapapun di antara kamu yang melihat kemunkaran, maka hendaklah ia mengubahnya dengan tangannya, jika tidak mampu hendaklah ia mengubah dengan lisannya, jika tidak mampu hendaklah ia mengubah dengan hatinya, dan itulah keimanan yang paling lemah, sangat tepat.
Keutamaan Bulan Muharram khususnya tauladan Hijrah Nabi Besar Muhammad SAW, menyiratkan pelajaran hidup mengenai perubahan yang selalu menjadi impian dan harapan, yang seyogianya harus disertai dengan usaha dan tekad kuat dalam menjalankan _amar ma’ruf nahi munkar_, agar kita menjadi pribadi yang berbudi, sederhana, jujur dan istiqomah menjaga integritas sebagai hamba-Nya.
Sebagai bentuk representasi _amar ma’ruf nahi munkar_ yang telah menjadi _ruh_ dalam setiap detak jantung, hembusan nafas dan langkah kaki, kami segenap insan Komisi Pemberantasan Korupsi Republik Indonesia (KPK RI), mantap mewakafkan diri dan keluarga dalam perang badar melawan korupsi di republik ini.
Apalagi melihat besarnya dukungan dan harapan atas impian segenap bangsa di republik ini yang merindukan bumi pertiwi bebas dari kejahatan korupsi, Insya Allah hal ini senantiasa menjadi energi positif terbaharukan bagi kami, dalam menumpas korupsi di NKRI.
Terakhir izinkan kami menorehkan beberapa bait puisi untuk menyemarakkan Tahun Baru Islam 1 Muharram 1444 Hijriyah.
“Sungguh indah malam 1 Muharam. Ku lihat anak-anak, kaum remaja hingga orang dewasa, berbaris rapi dengan obor ditangan, terangi cahaya bulan yang tampak temaram”.
“Sayup-sayup ku dengar lantunan puja-puji Sholawat Nabi, pertanda sudah dekat Tahun Baru Islam yang telah lama dinanti”.
“Ada harap dalam setiap langkah, impian pada setiap mimpi segenap bangsa ini di Tahun Baru Islam yang diutamakan”.
“Harap, mimpi dan impian Indonesia bebas dari kejahatan korupsi, kejahatan kemanusiaan, menjadi keniscayaan jika amar ma’ruf nahi munkar benar-benar ditegakkan”.
Selamat menyambut 1 Muharram 1444 Hijriyah, semoga Tahun Baru Islam 1444 Hijriah, Bangsa dan Negara kita dapat benar-benar hijrah, lepas, bebas dan merdeka dari kejahatan korupsi dan perilaku koruptif, agar tujuan dan cita-cita majunya kesejahteraan umum dan meningkatnya kecerdasan kehidupan bangsa, benar-benar nyata dan dirasa merata dari Sabang sampai Merauke, mulai Miangas hingga Pulau Rote.**