JABARNEWS | MANILA – Peraih Nobel Perdamaian 2021, Maria Ressa, mengkritik keras keputusan Meta menghentikan program pengecekan fakta di Facebook dan Instagram. Jurnalis asal Filipina ini menyebut kebijakan Meta itu sebagai ancaman serius bagi jurnalisme, demokrasi, dan pengguna media sosial (medsos).
Dilansir dari laman Rappler.com, Ressa menegaskan bahwa keputusan pemilik Meta, Mark Zuckerberg, untuk melonggarkan moderasi konten di platform Facebook dan Instagram akan menciptakan “dunia tanpa fakta”, yang menurutnya adalah dunia yang ideal bagi seorang diktator.
“Mark Zuckerberg mengatakan ini adalah masalah kebebasan berbicara, itu sepenuhnya salah,” ungkap Ressa kepada AFP di kantor redaksi Rappler, Manila, Rabu (8/01/2025).
“Hanya mereka yang berorientasi pada keuntungan yang bisa mengklaim hal itu, hanya mereka yang haus kekuasaan dan uang yang bisa berkata demikian. Ini menyangkut keselamatan,” lanjutnya.
Ressa pun dengan tegas membantah pernyataan Zuckerberg yang menyebut pemeriksa fakta telah “terlalu bias secara politik” dan merusak kepercayaan publik.
“Jurnalis memiliki serangkaian standar dan etika. Yang akan dilakukan Facebook adalah menyingkirkan itu semua dan kemudian membiarkan kebohongan, kemarahan, ketakutan, dan kebencian meracuni setiap orang di platform tersebut,” jelasnya.