Bos Facebook Stop Cek Fakta, Peraih Nobel Perdamaian Sebut Ancaman bagi Demokrasi

Maria Ressa, jurnalis sekaligus CEO Rappler, yang juga penerima Nobel Perdamaian 2021 (Foto: Net)
Maria Ressa, jurnalis sekaligus CEO Rappler, yang juga penerima Nobel Perdamaian 2021 (Foto: Net)

Ressa pun menyebut yang dilakukan oleh bos Facebook, Instagram dan WhatsApp tersebut adalah sebuah langkah yang salah karena mengenyampingkan keselamatan para pengguna.

“Mark Zuckerberg memegang kekuasaan tertinggi, dan dia telah membuat pilihan keliru dengan mengutamakan keuntungan tahunan Facebook dibandingkan keselamatan para pengguna platformnya,” terangnya.

Baca Juga:  Ramalan Zodiak Kesehatan 22 Juni 2022, Pemilik Rasi Bintang Gemini dan Virgo

Meski begitu, Ressa menegaskan komitmennya untuk menjaga integritas sebuah informasi.

“Ini adalah tahun yang penting bagi kelangsungan hidup jurnalisme. Kami akan melakukan apa pun yang kami bisa untuk memastikan hal itu terjadi,” pungkas jurnalis pemenang nobel perdamaian tahun 2021 itu.

Baca Juga:  8 Artis Disebut Terseret Megakorupsi PT Timah, Ini Faktanya

Sebelumnya, pada Selasa (7/1/2025), Zuckerberg mengumumkan penghapusan layanan pemeriksa fakta pihak ketiga di AS. Sebagai gantinya, Meta akan menerapkan sistem moderasi berbasis kontribusi pengguna, mirip fitur “community notes” di platform X (Twitter).

Baca Juga:  FIFA Disebut Batalkan Kemenangan Qatar Atas Indonesia di AFC, Ini Faktanya

Meta juga berencana menghapus pembatasan pada topik sensitif seperti imigrasi dan gender. Perusahaan ini akan berkolaborasi dengan Presiden Terpilih AS, Donald Trump, menghadapi tekanan dari pemerintah berbagai negara terhadap perusahaan Amerika dan isu sensor.