Ressa pun menyebut yang dilakukan oleh bos Facebook, Instagram dan WhatsApp tersebut adalah sebuah langkah yang salah karena mengenyampingkan keselamatan para pengguna.
“Mark Zuckerberg memegang kekuasaan tertinggi, dan dia telah membuat pilihan keliru dengan mengutamakan keuntungan tahunan Facebook dibandingkan keselamatan para pengguna platformnya,” terangnya.
Meski begitu, Ressa menegaskan komitmennya untuk menjaga integritas sebuah informasi.
“Ini adalah tahun yang penting bagi kelangsungan hidup jurnalisme. Kami akan melakukan apa pun yang kami bisa untuk memastikan hal itu terjadi,” pungkas jurnalis pemenang nobel perdamaian tahun 2021 itu.
Sebelumnya, pada Selasa (7/1/2025), Zuckerberg mengumumkan penghapusan layanan pemeriksa fakta pihak ketiga di AS. Sebagai gantinya, Meta akan menerapkan sistem moderasi berbasis kontribusi pengguna, mirip fitur “community notes” di platform X (Twitter).
Meta juga berencana menghapus pembatasan pada topik sensitif seperti imigrasi dan gender. Perusahaan ini akan berkolaborasi dengan Presiden Terpilih AS, Donald Trump, menghadapi tekanan dari pemerintah berbagai negara terhadap perusahaan Amerika dan isu sensor.