Turut hadir ketua Koperasi Al-Bayyinah, pengurus koperasi, perwakilan DPMA IPB, serta kelompok tani dari Desa Jayamekar, Kabupaten Garut, dan Desa Karangjaya, Kabupaten Cianjur.
Prof. Edi menyampaikan penjelasan mendalam mengenai GAP kepada para peserta. Ia menekankan bahwa GAP adalah panduan budidaya yang baik, benar, dan ramah lingkungan.
Menurutnya, penerapan GAP dapat meningkatkan produktivitas, pendapatan, serta kesejahteraan petani. Dalam proses budidaya, GAP diperlukan untuk memastikan produksi yang menjaga keseimbangan alam demi keberlanjutan bumi dan kehidupan manusia.
GAP juga mendorong produsen menghasilkan produk yang aman dikonsumsi, sesuai dengan prinsip keberlanjutan, serta melindungi keselamatan pekerja guna menghasilkan produk berkualitas tinggi.
Setelah pemaparan materi dan sesi diskusi, Prof. Edi bersama para petani mengunjungi persemaian kopi di Halimun. Di lokasi tersebut, para petani bertukar informasi dan mempraktikkan pemangkasan cabang kopi serta penanaman bibit secara langsung di bawah bimbingan Prof. Edi.
Melalui pelatihan GAP ini, diharapkan petani, khususnya petani kopi dan alpukat, dapat meningkatkan kualitas produk yang dihasilkan serta meminimalkan dampak pencemaran lingkungan sekitar.
“Pemahaman mengenai GAP sangat penting bagi para petani karena akan berpengaruh pada kualitas hasil pertanian yang memenuhi standar yang ditetapkan serta keberlanjutan lingkungan,” ujar Prof. Edi.
Dalam GAP, penggunaan pestisida diminimalkan dan diterapkan pola tanam yang sesuai dengan kondisi lahan. Dengan demikian, produktivitas lahan dapat meningkat, sehingga petani memperoleh hasil lebih banyak dari lahan yang sama,” tambahnya.