Gelar Dialog Epistemik, Mahasiswa Universitas Paramadina Kritisi Peran Kampus

Mahasiswa Universitas Paramadina
Himpunan Mahasiswa Falsafah dan Agama (Detik Paramasophia) usai menggelar diskusi di Universitas Paramadina. (foto: istimewa)

Sementara Hema Malini menyatakan bahwa lulusan yang dihasilkan oleh kampus jauh dari ideal. “Kebebasan dibatasi dan dikerucutkan pada pemenuhan komoditi pasar,” tuturnya.

“Kampus menjadi pemasok tenaga kerja yang patuh dan terampil, padahal lulusannya digaji dengan upah yang murah,” tambahnya.

Baca Juga:  Kawal Pilkada, Polres Cirebon Cek Kendaraan Dinas

Hema Malini juga menambahkan bahwa dengan sistem pendidikan yang demikian menyebabkan adanya penumpukan sarjana yang menunggu seleksi pasar kapitalis tanpa adanya orientasi pekerjaan yang jelas.

Baca Juga:  Masih Belum Menyerah, PS Sleman Incar Kemenangan Perdana di Piala Menpora 2021

Dalam forum diskusi para pembicara menyepakati bahwa seharusnya kampus mampu melahirkan lulusan yang menggagas ide-ide kebaruan, mendedikasikan pemikirannya untuk kemajuan, dan tidak sekadar menjadi mesin produksi korporat.

Untuk itu perlu ada liberalisasi sistem pendidikan, mulai dari pemerataan kesempatan dan akses pendidikan dengan membenahi aliran dana subsidi dan beasiswa, membuka ruang bagi penelitian ilmiah, membebaskan pendidikan dari sistem feodal yang mendukung oligarki dan menjalankan sistem pendidikan kerakyatan. (red)

Baca Juga:  Futsal Pro League 2021: Link Live Streaming Vamos FC Mataram vs Safin Futsal Club, Sedang Tayang!