JABARNEWS │ PURWAKARTA – Cacar monyet, atau yang dikenal dengan sebutan Monkeypox, adalah penyakit menular yang pernah mewabah pada tahun 1958. Sejak itu, penyakit ini telah beberapa kali muncul di berbagai negara.
Pada tahun 2022, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memberikan peringatan kepada masyarakat untuk mewaspadai penyebaran penyakit yang juga disebut sebagai Mpox, karena mulai menyebar di beberapa negara.
Dr. Windy Keumala Budianti, seorang spesialis kulit dan kelamin dari Departemen Dermatologi dan Venereologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, menjelaskan bahwa gejala cacar monyet sejak tahun 2022 memiliki beberapa perbedaan dibandingkan wabah sebelumnya.
“Terjadi perbedaan dalam gejala cacar monyet antara yang terjadi sebelumnya dan saat ini,” ungkap Windy dalam acara Sosialisasi Kewaspadaan Monkeypox bersama Dinas Kesehatan DKI Jakarta pada Senin (16/10/2023).
Menurut Windy, cacar monyet dapat dikenali berdasarkan munculnya lesi atau luka di kulit serta gejala sistemik. Gejala sistemik adalah reaksi tubuh terhadap penyakit monkeypox, seperti demam, nyeri kepala, batuk, sakit tenggorokan, kelemahan tubuh, nyeri otot, dan pembengkakan kelenjar getah bening.
Sementara itu, lesi kulit pada penderita cacar monyet dapat muncul secara berurutan, mulai dari bintik merah datar (makulopapula), lepuhan berisi cairan bening (papul), lepuhan berisi nanah yang mengeras (vesikel), lesi yang lebih cekung (pustul), hingga lesi yang pecah dan membentuk keropeng (krusta).