Beberapa kisah tentang kucing juga berasal dari kalangan sufi, yang mengandung pesan penting. Selain itu Nabi Muhammad SAW juga memiliki hubungan akrab dengan kucing, seperti hubungan dengan Abu Hurairah dan kucing bernama Muezza.
Kucing telah memainkan peran penting dalam sejarah Islam, termasuk dalam seni, sastra, dan ilmu pengetahuan. Kucing juga dimasukkan dalam Kitab Al-Hayawan, ensiklopedia zoologi abad pertengahan yang disusun oleh al-Jahiz.
Dalam konteks sejarah, tradisi ini ternyata bermula dari wasiat Sultan Mamluk al-Zahir Baybars pada abad ke-13. Sang raja yang gemar kucing menciptakan sebuah “taman kucing” khusus bagi kucing-kucing di Kairo. Seiring berlalunya waktu, tempat tersebut telah beberapa kali dijual dan mengalami perubahan fungsi.
Meskipun tempat khusus bagi kucing sudah tidak ada lagi, namun tradisi merawat kucing tetap berlanjut. Hingga hari ini, ketika berjalan-jalan di kota-kota seperti Kairo, Istanbul, Kairouan, Damaskus, dan banyak kota Islam lainnya, kita masih akan menemui kucing-kucing berkeliaran di sepanjang jalan.
Jauh sebelum masa itu, kucing telah menjadi populer di kalangan umat Islam sejak orang Arab pertama kali memelihara mereka sebagai hewan peliharaan. Dalam tulisan berjudul “Cats: According to Quran and Sunnah,” Sayyidah Aisyah RA, istri Nabi Muhammad SAW, pernah merasa kesepian dan mengeluh bahwa bahkan kucing pun telah meninggalkannya.
Kala itu, kucing dihormati sebagai bagian keluarga dan penjaga rumah dari serangga berbahaya serta hewan beracun seperti kalajengking. Selain itu, perilaku kucing juga memberikan contoh bagi umat Islam dalam memaknai kebesaran Allah SWT, seperti yang tercermin dari pengalaman ahli tata bahasa Ibn Babshad. (red)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News