JABARNEWS | BANDUNG – Surya Fikri Ashidiq, atau yang dikenal sebagai Kuya, tak pernah menyangka bahwa hobinya memainkan alat musik di rumah akan membawanya ke dunia profesional. Ibunya yang memiliki usaha sewa sound system dan alat musik menjadi faktor utama yang mengenalkan Kuya pada dunia musik.
“Dulu, setiap pulang sekolah saya sering main alat-alat itu. Awalnya iseng, lama-lama jadi keterusan,” ujar Kuya sambil mengenang masa kecilnya.
Musik Tanpa Latar Belakang Seni
Menariknya, Kuya bukan lulusan seni musik. Ia justru menyelesaikan studi di bidang Jurnalistik. Namun, dunia jurnalistik justru membantu Kuya memahami kehidupan sosial, yang menjadi inspirasi utama dalam menulis lirik.
“Dari jurnalistik, saya belajar peka sama sekitar. Lirik-lirik di The Panturas banyak terinspirasi dari situ,” jelasnya.
Perjalanan musik Kuya dimulai sejak SMP. Bersama teman-temannya, ia membentuk band sederhana di sebuah studio di Tanjungsari. Meski hanya iseng, momen itu menjadi titik awal keseriusannya bermusik.
“Zaman itu, kami cuma main-main. Baru pas tahun 2009-an saya sadar kalau ngeband itu harus punya lagu sendiri,” katanya.
Setelah beberapa kali gagal dengan band sebelumnya, Kuya akhirnya bertemu Rizal. Keduanya sepakat membentuk The Panturas dengan genre surf rock. Keunikan musik mereka langsung mencuri perhatian banyak orang.
Tantangan yang Membentuk Karakter
Perjalanan The Panturas tidak selalu mulus. Kuya dan rekan-rekannya sering menghadapi tantangan besar, mulai dari sulitnya mendapatkan panggung hingga keterbatasan finansial saat tur.
“Pernah, kami harus bikin panggung sendiri karena nggak ada yang mau kasih kesempatan. Bahkan, kami sempat ngutang buat tur. Tapi semua itu seru banget,” ungkap Kuya.
Selain menjadi drummer, Kuya juga bertanggung jawab atas aspek visual dan musik di The Panturas. Kreativitasnya terlihat dari konsep-konsep unik yang mereka tampilkan di setiap proyek. “Nggak cuma main drum, saya juga suka mikirin visual yang pas buat band. Itu jadi tanggung jawab saya,” tambahnya.
Pesan untuk Anak Muda
Kuya percaya bahwa konsistensi adalah kunci untuk meraih mimpi. Ia berpesan agar anak muda tidak mudah menyerah meski menghadapi banyak rintangan.
“Jangan pernah capek ngejar apa yang kamu impikan. Kalau konsisten, pasti ketemu jalannya,” tutup Kuya.
Perjalanan Kuya dari ruang keluarga hingga menjadi bagian penting dari The Panturas adalah bukti bahwa bakat, usaha, dan ketekunan bisa membawa seseorang ke tempat yang tidak pernah terbayangkan. Dari Bandung, musik mereka kini sudah melanglang buana, menginspirasi banyak generasi muda untuk terus berkarya.(Fauziyah / M2)