“Awalnya buku-buku itu didapatkan dari teman-teman dan keluarga, namun sekarang makin banyak orang yang tergerak untuk menyumbangkan buku dan bergabung dengan komunitas Teras Baca,” katanya.
Lebih dari sekedar perpustakaan, Teras Baca di Kiarapedes menjadi pusat pembelajaran non-formal serta pengembangan diri dan karakter.
Warga Desa Kiarapedes, terutama anak-anak diajak untuk mengembangkan potensi diri melalui kegiatan-kegiatan seperti kelas menulis, kelas tari, kelas bahasa inggris, kelas bahasa sunda, kelas public speaking, diskusi atau bedah buku, pelatihan dasar komputer, dan kegiatan-kegiatan lainnya.
Ade mengungkapkan, di Teras Baca warga diajak untuk sama-sama belajar dan mengembangkan potensi diri sesuai dengan minat yang beragam.
Melalui program yang bernama Teras Project, komunitas literasi di Desa Kiarapedes telah memberikan kontribusi yang signifikan dalam pemberdayaan masyarakat di desa itu. Dalam program ini, Ade mengelompokan anggota Teras Baca berdasarkan minat dan keterampilan mereka.
“Sebagai contoh, kelompok pemuda tani yang dibentuk dalam Teras Project kini telah mencapai kemandirian melalui berbagai kegiatan seperti pengembangan kemampuan individu, pemasaran, kerjasama dengan berbagai pihak, hingga advokasi untuk mendapatkan lahan yang tidak digarap oleh penduduk desa. Bahkan, mereka kini sudah mampu mempekerjakan karyawan,” jelasnya.
Selain itu, terdapat juga kelompok tari dan kelompok fotografi yang telah mampu berdiri sendiri dan menghasilkan nilai ekonomi dari setiap kegiatan yang mereka ikuti.
Untuk dapat mengakomodir minat warga yang beragam, Ade menjalin kerjasama dengan pihak-pihak lain untuk mengembangkan potensi dari warga desa Kiarapedes.