“Contohnya untuk yang suka menari, kami kerjasama dengan sanggar tari untuk mengajarkan warga dan anak-anak di Desa Kiarapedes. Sekarang malah ada anak yang ditarik masuk ke sanggar tari itu, dan sering manggung di mana-mana,” pungkas Ade.
Upaya gigih Ade dan rekan-rekannya dalam mengelola komunitas Teras Baca membuahkan hasil yang patut diacungi jempol.
Pada tahun 2022, Teras Baca meraih penghargaan sebagai perpustakaan terbaik di tingkat provinsi Jawa Barat. Kemudian pada tahun 2023, Teras Baca menjadi juara pertama tingkat nasional dalam kompetisi pembuatan video vlog tentang literasi, yang kemudian mendatangkan bantuan berupa Tugu Baca dari Perpustakaan Nasional.
“Kami juga pernah menjadi pembicara dalam forum perpustakaan tingkat nasional di Surabaya pada Desember 2023 lalu, sebagai pegiat literasi,” jelasnya.
Saat ini, Ade dan rekan-rekannya di Teras Baca tengah mempromosikan budaya literasi ke desa-desa di sekitarnya. Melalui program yang dikenal sebagai Tepar Literasi (Teras Ngampar Literasi), mereka mengunjungi desa-desa lain dan berdialog dengan pemuda-pemudi setempat untuk mendorong perkembangan budaya literasi dan mendirikan perpustakaan di desa-desa tersebut.
“Berkat Tepar Literasi ini, Alhamdulillah di beberapa desa di Kecamatan Kiarapedes, sudah ada desa yang membentuk perpustakaan. Bahkan sudah ada perpustakaan yang mendapatkan bantuan dari Perpustakaan Nasional,” ujarnya.
Berbagai upaya Ade bersama Teras Baca untuk menumbuhkan minat baca di Desa Kiarapedes Purwakarta, terutama di kalangan anak-anak, tentu tidak terlepas dari berbagai tantangan dan hambatan.
Menurutnya, tantangan terbesar adalah mengingatkan orang tua agar lebih peduli terhadap pola asuh anak.
“Saat ini, banyak orang tua yang membiarkan anak-anak mereka terlalu asyik dengan gadget. Anak-anak terlalu bebas dalam menggunakan perangkat tersebut,” ujar Ade.
Sehingga, lanjutnya, faktor lingkungan terutama peranan dari orang tua sangat penting dalam mewujudkan budaya membaca bagi anak-anak.