Mendulang Rupiah Ala Penambang Pasir Tradisional

JABARNEWS | PURWAKARTA – Pasir yang terbawa arus air sungai dari hulu memberikan berkah tersendiri bagi para penambang pasir tradisional. Seperti halnya di aliran Sungai Cikao, di Kampung Sasak Besi, Kelurahan Sindangkasih, Kecamatan/Kabupaten Purwakarta, dimanfaatkan para penambang untuk mendulang rupiah.

Yusuf Solihin (50), salah seorang penambang pasir tradisional yang telah menjalani profesinya sebagai penambang selama lima tahun, mengaku selama menambang pasir ia hanya menggunakan alat gaet sederhana.

Baca Juga:  Sekda Jabar Ditetapkan Sebagai Tersangka Pengembangan Suap Meikarta

“Nambang dengan cara yang sederhana, serokannya pake bekas kaleng, pegangannya pakai batang bambu,” ujar Yusuf, Kamis (12/6/2018).

Ia menjelaskan, dirinya akan masuk ke aliran sungai lalu membiarkan serokannya terisi air yang membawa pasir. Setelah terisi, air yang masuk akan dengan sendirinya keluar dari lubang kecil yang ada di serokan.

“Dengan sendirinya pasir nempel di serokan. Setelah itu tinggal dibawa ke pinggir sungai. Pasirnya dikeluarin terus ditumpuk,” paparnya.

Baca Juga:  MUI dan Ormas Islam Dorong Pelaku LGBT Bisa Dipidana Melalui Rancangan KUHP

Setiap hari, Yusuf bersama tujuh orang rekanya mampu menyaring dan mengumpulkan 2 kubik pasir jenis cor.

“Per kubik dibeli Rp 60 ribu saja,” katanya.

Namun, tak setiap hari cara penambang pasir tradisional yang ramah lingkungan ini dapat meraup untung. Mereka harus menunggu hujan terlebih dahulu pada hari sebelum menambang.

Baca Juga:  Jago Kandang, Selebriti Adu Skill dengan Siswa Sekolah!

“Harus hujan dulu, sehari sebelum nambang di daerah hulu. Pas hujan, pasirnya terbawa aliran sungai ke hilir tinggal kita tadah,” ucapnya.

Yusuf mengaku, dengan menambang pasir ramah lingkungan, ia mampu menghidupi anak dan istrinya.

“Kami tidak merusak lingkungan, Alhamdulillah dengan menambang pasir cara tradisional, saya bisa memberi makan anak dan istri,” pungkasnya. (Gin)

Jabarnews | Berita Jawa Barat