Tidak cukup berhenti pada mewujudkan kerukunan saja, Buya Syafii juga senantiasa mendorong dan mengajak agar setiap kita dapat mewujudkan keadilan dan kesejahteraan. Ia pernah menyampaikan bahwa, “seluruh masyarakat Indonesia harus diperlakukan sama karena kita memiliki bangsa yang sama”.
Prinsip yang disampaikannya merupakan ruh dari Pancasila. Buya Syafii Maarif ingin memastikan bahwa nilai-nilai Pancasila yang luhur itu dapat benar-benar dihidupkan di negeri tercinta ini. Pun bangsa Indonesia tidak boleh terjebak dalam mayoritanisme, yaitu yang mayoritas merasa paling berkuasa atas minoritas sehingga bersikap intoleran.
“Sebagai mayoritas di Indonesia, penganut agama Islam memiliki tanggung jawab yang besar untuk menciptakan suasana bangsa ini menjadi aman, tentram, dan nyaman. Kalau itu tidak dilakukan, berarti mereka gagal sebagai mayoritas”, ungkap Buya Syafii Maarif.
Pesan-pesan kemanusiaan dan toleransi yang diwariskan oleh Buya Syafii Maarif juga mengingatkan saya pada apa yang disampaikan oleh Prof. Néji Baccouche, pemikir dari Tunisia, dalam bukunya yang ia tulis bersama Mohamed Talbi dan Abdelfattah Amor dengan judul “Etudes sur la Tolérance”, ia menyampaikan bahwa, “Toleransi Pilar Kemanusiaan”.
Pendapat di atas tentu senada dengan apa yang telah disampaikan oleh Buya Syafii Maarif, ia menyampaikan bahwa, “Pendidikan toleransi itu tunas peradaban. Intoleransi simbol kebiadaban. Toleransi inti keberadaan”.