Mengulas Kampung Naga Tasikmalaya Sebagai Warisan Budaya Sunda

kampung naga
Pemandangan kampung naga di Tasikmalaya (foto: Tangkap layar Youtube @Rasyida Isma)

Selain bertani padi, orang dewasa di sini sebagian besar penduduk juga lebih menekuni produksi barang handicrafts, terutama karena semakin tingginya arus wisatawan mancanegara yang berkunjung ke perkampungan mereka.

Barang-barang tersebut antara lain anyaman udang-udangan, tas tangan dan barang-barang kebutuhan lokal lainnya, seperti bakul (boboko), kukusan (aseupan), kipas, tampah (nyiru), dan lain-lain.

Baca Juga:  Tak Kunjung Diperbaiki, Warga Buat Jembatan Penghubung Desa Cayur-Sindangkasih

Sebagai masyarakat yang hidup dalam alam dan kultur Sunda, masyarakat Sunda memiliki pandangan kosmologis yang diwariskan oleh leluhurnya. Secara kultural pandangan kosmologi itu tergambar dalam khazanah mitologinya.

Baca Juga:  Laporan BMKG Soal Kerusakan Akibat Gempa 4,6 SR di Tasikmalaya

Hal itu ditunjukan melalui beberapa ritual atau upacara yang dijalankan oleh masyarakat Kampung Naga, salah satunya Upacara Hajat Sasih. Upacara hajat sasih dilaksanakan enam kali dalam setahun, atau masing-masing satu kali dalam enam bulan yang diagungkan dalam agama Islam.

Baca Juga:  Izin FPI Tidak Diperpanjang Kalau Tolak Pancasila

Upacara ini merupakan upacara penghormatan terhadap arwah nenek moyang, yang dilaksanakan dalam satu hari tanpa menghentikan jalannya upacara apabila turun hujan, karena hujan dianggap karunia. Selain itu, ada juga upacara Upacara Gusaran, Upacara Lingkaran hidup dan masih banyak lagi. ***