JABARNEWS | PURWAKARTA – CekFakta.com, koalisi pemeriksa fakta terbesar di Indonesia yang telah memerangi penyebaran hoaks di Asia Tenggara sejak 2018, mengkritik kebijakan Meta yang mengakhiri Program Pemeriksa Fakta Pihak Ketiga di Amerika Serikat. Koalisi ini juga menyesalkan pernyataan CEO Meta yang mengaitkan pengecekan fakta dengan bias politik dan penyensoran.
Sebagai mitra fact-checking yang terakreditasi, CekFakta.com menekankan bahwa pemeriksa fakta beroperasi dengan standar tertinggi dalam pelaporan yang tidak bias, transparansi, integritas, dan akuntabilitas. Kinerja mereka secara rutin dievaluasi oleh International Fact Checking Network sebagai badan independen.
Facebook dan Instagram, sebagai platform media sosial terbesar Meta, memiliki pengaruh signifikan terhadap penyebaran misinformasi di Indonesia.
Data terkini menunjukkan bahwa per Desember 2024, pengguna Facebook di Indonesia mencapai 174 juta atau 63% dari total populasi yang berjumlah 275 juta jiwa. Sementara pengguna Instagram mencapai 90,1 juta pengguna.
Data ini menunjukan bahwa Meta memiliki tanggung jawab besar dalam memastikan platform media sosialnya tidak digunakan untuk menyebarkan informasi yang salah atau menyesatkan.
Sejak 2018, program fact-checking yang dikoordinasikan CekFakta.com telah menjadi garda terdepan dalam memerangi hoaks di Indonesia. Program ini menggandeng lebih dari 100 organisasi media, jurnalis, dan fact-checker independen yang berkomitmen menjaga integritas informasi publik.