JABARNEWS | PURWAKARTA – Telah tuntasnya pembangunan jembatan sementara (bailey) sebagai pengganti Jembatan Bodem di Desa Karang Mukti, yang ambruk pada awal April lalu itu, jalur tembus ke Kabupaten Subang itu kini bisa kembali dilalui kendaraan.
Jalur alternatif yang menghubungkan Kecamatan Bungursari dengan Kecamatan Campaka, akhirnya diresmikan langsung Pangdam III Siliwangi, Mayjen Nugroho Budi Wiryanto, serta dihadiri Bupati Purwakarta, Anne Ratna Mustika dan Dandim 0619/Purwakarta, Letkol Arm Krisrantau Hermawan, Pada Rabu (17/3/2021).
Pangdam III Siliwangi, Mayjen Nugroho Budi Wiryanto yang meresmikan jembatan tersebut berharap, jembatan ini bisa dirawat bisa dipelihara dengan baik sehingga masa pakainya bisa lebih lama.
“Kekuatan jembatan, kurang lebih 40-50 ton. Ini sangat luar biasa, saya rasa kalau dirawat dengan baik masa pakainya bisa lebih lama lagi,” tutur Mayjen Nugroho Budi Wiryanto.
Menurutnya, dalam kurun waktu satu tahun ini, pembangunan jembatan di wilayah Jawa Barat sudah empat jembatan.
“Jembatan bailey yang kokoh merupakan jembatan gantung, seperti di Sumedang, Garut dan Majalengka. Semoga apa yang dilakukan TNI AD dapat bermanfaat bagi masyarakat,” ungkap Nugroho.
Sementara, Bupati Purwakarta, Anne Ratna Mustika menuturkan, sejak peristiwa itu terjadi jajarannya langsung melakukan serangkaian upaya supaya jalur tersebut bisa kembali dilalui. Mengingat, jembatan tersebut selama ini menjadi akses alternatif penghubung antara Kecamatan Bungursari dan Campaka. Bahkan, penyambung jalur dengan kabupaten tetangga.
“Sebelumnya, warga harus memutar arah dan semenjak dibangunkan jembatan darurat warga sedikit dapat melintas namun hanya menggunakan kendaraan roda dua saja. Mudah mudahan saja setelah diresmikan akses sosial dan perekonomian dapat lancar,” ungkap Ambu Anne, sapaan akrab Bupati Purwakarta.
Anne menjelaskan, untuk sementara akses penghubung yang dibangun dengan anggaran perubahan itu hanya jembatan sifatnya darurat.
Meski begtu, sambung dia, pihaknya memang berencana membangun jembatan permanen sebagai pengganti jembatan yang ambruk itu.
Namun, kata Ambu Anne, untuk membangun jembatan permanen dibutuhkan kematangan perencanaan. Mengingat, tanah di lokasi itu cukup labil.
“Butuh penelitian dan kematangan perencanaan. Kami tak bisa begitu saja membangun jembatan permanen baru. Karena, jangan sampai pengalaman kemarin (ambruk) itu terjadi lagi dan menjadi evaluasi bagi kami. Intinya, jembatan permanen masih direncanakan,” jelas Ambu Anne.
Namun demikian, lanjut dia, dengan adanya jembatan sementara ini setidaknya mobilitas warga bisa kembali berjalan normal. Sehingga, bisa membantu percepatan pemulihan ekonomi warga di kedua wilayah perbatasan yang saat ini masih dalam bayang-bayang pandemi Covid-19.
“Meski bersifat sementara, mudah-mudahan jembatan bodem bisa mempermudah akses dan aktivitas warga. Kami ingatkan, agar jembatan ini bisa dirawat dan dijaga. Kendaraan-kendaraan berat yang tonasenya tinggi, tidak boleh melintas atau dibatasi,” pungkas Ambu Anne.(Gin)