Permintaan Dedi Mulyadi untuk Ngabalin, Perbaiki Gaya Komunikasi

JABARNEWS | PURWAKARTA – Ketua DPD Golkar Jabar Dedi Mulyadi memiliki permintaan untuk Tenaga Ahli Utama Deputi IV Komunikasi Politik KSP Ali Mochtar Ngabalin. Menurut dia, Dewan Komisaris Angkasa Pura I itu harus memperbaiki gaya komunikasi.

Hal itu disampaikan Mantan Bupati Purwakarta tersebut dalam sebuah acara pelatihan kader Golkar. Tepatnya, di Gedung Kahuripan, Wanayasa, Purwakarta, Senin (3/9/2018) sore.

Dedi menilai, seharusnya pola komunikasi yang dilakukan Ali Mochtar melahirkan ketenangan semua pihak. Hal ini terkait dengan profiling figur Joko Widodo sendiri yang dikenal tenang dan santun.

Ketegasan calon presiden pejawat itu menurut Dedi tercermin dari sikap dan kebijakan, bukan dari kata-kata.

Baca Juga:  Inilah 10 Orang Terkaya di Indonesia, Urutan Pertama Hartanya Capai Rp302 Triliun

“Mungkin saja dalam kultur Pak Ngabalin pola itu terbilang biasa. Tetapi ini pilpres, kultur masyarakatnya bukan hanya kultur masyarakat tempat Pak Ngabalin terlahir. Kita bicara seluruh kultur di Indonesia,” katanya.

Sebagai Budayawan, Dedi memiliki pengetahuan tentang kultur-kultur masyarakat di Indonesia. Dia mencontohkan kultur masyarakat di Pulau Jawa. Publik di Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur menyukai komunikasi yang tidak frontal.

“Publik tidak menyukai karakter frontal. Mereka lebih menyukai karakter penuh ketenangan tetapi dengan argumentasi yang kuat dan tidak terkalahkan,” ujarnya.

Pengaruh Terhadap Elektabilitas Jokowi

Pria yang memiliki jam terbang di dunia politik selama 20 tahun tersebut mengingatkan positiong juru bicara berpengaruh terhadap kandidat. Karena itu, citra juru bicara di mata publik harus menjadi salah satu pertimbangan mendasar bagi tim sukses.

Baca Juga:  Dari "Street" Lahirlah Komunitas Street Skate Family

“Kalau gaya komunikasi Pak Ngabalin tetap seperti itu, saya khawatir berdampak terhadap Pak Jokowi. Orang yang tidak suka terhadap gaya Pak Ngabalin, bisa menjadi tidak suka kepada Pak Jokowi. Ini nanti arahnya ke depannya soal elektabilitas beliau,” ucapnya.

Dedi Mulyadi juga memiliki kriteria sederhana tentang sosok yang pantas dijadikan juru bicara. Sosok tersebut kata dia, tidak harus pintar tetapi memiliki pembawaan yang tenang dan santun. Karakter seperti ini, tambahnya, sangat disukai calon pemilih.

Baca Juga:  Para Ulama se-Indonesia Berkumpul di Purwakarta, Ternyata Ini yang Dibahas

“Banyak orang cerdas tetapi karakternya frontal. Ini publik tidak suka. Tetapi banyak juga orang yang tidak begitu cerdas tetapi tenang, kalem dan santun. Tokoh seperti ini disukai pemilih,” katanya.

Seluruh stakeholder tim pemenangan Jokowi-Ma’ruf menurut dia harus menyadari bahwa kebutuhan Jokowi bukan dalam aspek popularitas. Aspek tersebut telah dipenuhi oleh Mantan Wali Kota Solo tersebut.

“Problemnya bukan di popularitas, tetapi bagaimana caranya agar elektabilitas Pak Jokowi tidak tergerus. Ceruk suara harus dijaga dengan pola komunikasi yang disukai seluruh ceruk suara,” tuturnya. [jar]

Jabarnews | Berita Jawa Barat