“12-15 tahun yang lalu, sebelum saya menjadi pejabat publik, saya aktif di Twitter (sekarang X). Saya berekspresi tanpa banyak pertimbangan, sering kali menyampaikan kritik yang pedas, sindiran, bahkan nyinyiran,” ujar Ridwan Kamil.
Politisi Partai Golkar tersebut juga mengakui bahwa di masa lalu, dirinya merupakan seorang warganet yang sering diliputi amarah. “Dulu, saya adalah netizen yang marah—bahkan julid,” katanya, mengingat kembali masa-masa ketika ia sering meluapkan kekesalannya di dunia maya.
Namun, Ridwan Kamil menjelaskan bahwa perjalanan hidupnya telah mengajarkan banyak hal, terutama setelah ia terjun ke dunia politik dan menjadi pejabat publik.
Sebagai pejabat, Ridwan Kamil menyadari betapa kompleksnya tanggung jawab yang harus diemban. Kini ia mengaku memahami bagaimana rasanya berada di posisi yang dulu sering ia kritik.
“Saya mengalami proses hidup yang membuat saya belajar. Kini, saya ada di sisi ‘meja’ yang berbeda. Saya yang dulu mengkritik, kini menerima kritik dan sindiran yang sama,” jelasnya.