Rohim, Pejuang Siliwangi Yang Masih Berjuang

JABARNEWS | KARAWANG – Rohim kini tak segagah dulu, badan tegap dan wajah garang khas Pejuang

Siliwangi sudah tak nampak lagi darinya. Sekarang Rohim hanya kakek tua yang tak berdaya dan sebatang kara.

Rohim adalah pria gagah perkasa yang rela mati melawan penjajah di Bumi Karawang. Pria yang lahir di Karawang, 7 Januari 1929 ini adalah salah satu anggota Pejuang Siliwangi di masa lalu.

Masa mudanya ia habiskan untuk membela bangsa dan negara. Khususnya kota Pangkal Perjuangan yaitu Karawang.

Rohim rela berkorban untuk memperjuangkan hak-hak warga Karawang dari tangan penjajah saat itu. “Saya tau dari zaman penjajahan Jepang hingga pindah kekuasaan ke Belanda. Saat itu pemimpin Pejuang Siliwangi adalah pak Toha,” cerita Rohim seperti dikutip dari karawangbekasiekspres, Jumat  (25/5/2018).

Ironis, apa yang ia perjuangan tempo dulu nyatanya tak berbuah manis baginya. Pasalnya, laskar pejuang dua bangsa penjajah tersebut, hidupnya kini sungguh memperihatinkan.

Di masa tuanya, Rohim justru ditinggal seorang diri. Setelah istrinya meninggal dunia, Rohim juga harus ditinggal oleh anak bungsunya yang ia juga sudah lupa siapa namanya.

Sementara, menurut pengakuan Rohim, ia masih memiliki satu anak perempuan yang sampai saat ini belum diketahui keberadaannya. “Neng Waris adalah anak perempuan saya satu-satunya tapi saya tidak tau dimana keberadaannya sekarang,” ungkapnya.

Rohim yang sering diusir dan tinggal di emperan, sebelum tinggal menetap di gubuk yang dibuatkan secara swadaya oleh ketua RT 11/06 Dusun Tegalwaru, Desa Tegalwaru Kecamatan Cilamaya Wetan, Karawang. Rohim tak punya rumah atau tunawisma.

Baca Juga:  Kode Redeem ML 11 Juli 2022, Dapatkan Trial Skin Gratis

Menurut kisah yang diceritakan Catim, orang yang saat ini mengurus Rohim di gubuk belakang rumahnya, Rohim tidak punya tempat tinggal untuk berteduh.

Kakek tua yang usianya dekat seabad itu, tiap hari tinggal di emperan rumah warga. Bahkan, Rohim sering di usir karena di anggap mengganggu kenyamanan tempat tinggal mereka. “Sebagai ketua RT saya merasa kasihan, kemudian saya inisiatif membuatkan gubuk di belakang rumah saya, buat pak Rohim,” ujarnya.

Dengan dana seadanya, Catim alias Encek membuatkan Rohim gubuk kecil berukuran 3×4 meter yang menempel dengan dinding belakang rumahnya.“Saya paling tidak tega saat melihat pak Rohim di usir, ia juga memiliki perasaan.

Tak jarang saya melihat ia meneteskan air mata sembari meninggalkan orang-orang yang mengusirnya,”ucapnya.

Meskipun dinilai masih kurang layak, Rohim mengaku senang dan nyaman tinggal bersama RT Catim, yang konon masih memiliki ikatan kekerabatan dengan Rohim.

Usianya Rohim yang menginjak 90 tahun membuat kondisi kesehatan semakin memburuk. Meski demikian,

Rohim tetap tak mau merepotkan RT Catim dengan hanya duduk santai dan menerima makan darinya.

Di usianya yang semakin senja, Rohim masih menyisakan semangat pejuang dalam dirinya. Hal itu dapat dibuktikan, meskipun sedang sakit Rohim masih bisa mengamen. “Setelah pensiun dari Pejuang Siliwangi saya aktif mengamen untuk mencukupi kebutuhan hidup,” katanya.

Baca Juga:  Akurat Prediksi Kasus Covid-19 sampai 34 Kali, Yuyun Hidayat Sebut Ini

Jari-jemari Rohim yang sudah penuh keriput, nampak masih lihai memainkan biola tua yang penuh sejarah. Biola yang menjadi saksi bisu, perjuangan Rohim yang penuh asam garam. Namun tak bisa melawan takdir,seiring dengan bertambahnya usia, akhirnya semangat 45 Rohim pun tumbang.

Hampir setiap hari ia mengeluhkan sakit pada bagian pinggangnya. Sepanjang malam selalu batuk- batuk dan sering demam tinggi. Maklum, ia merasa sudah cukup tua.

“Kemarin pas saya ngamen, karena tak kuat menahan sakit saya sampai jatuh tercebur ke selokan,” kata Rohim, menceritakan.

Meskipun selalu mengeluh sakit, Rohim hanya bisa merintih menahan sakit yang terus menggerogoti tubuhnya yang semakin tua. Pasalnya, Rohim tak memiliki data kependudukan seperti KTP, KK, atau akta kelahiran. Satu-satunya yang masih simpan sebagai jati diri adalah kartu anggota Pejuang Siliwangi.

Karena tak terdaftar sebagai warga Desa Tegalwaru atau desa lain di Kecamatan Cilamaya Wetan. Sehingga Rohim sulit untuk mendapat bantuan sosial dari pemerintah.

Jangankan untuk terdaftar sebagai penerima manfaat kartu keluarga sejahtera, merasakan dapatberas sejahtera (Rastra) pun Rohim belum pernah.

Sementara Catim selaku Ketua RT setempat, menjelaskan, sebenarnya Rohim adalah warga asli Desa Tegalwaru. Namun, semua data kependudukannya sudah hilang. Sehingga, ia pun dibuat pusing untuk kembali mengurus administrasi kependudukan milik Rohim. Apalagi, usianya kini hampir mencapai satu abad.

Baca Juga:  Antisipasi Mudik Lebaran, Kabupaten Tasikmalaya Siapkan Lima Titik Penyekatan

“Mau diurusin juga sulit, KTP anak saya yang masih muda aja belum jadi, apa lagi untuk Rohim. Sementara, untuk mendapat bantuan harus memiliki persyaratan seperti data kependudukan,” jelasnya.

Mendengar informasi tersebut, Sekretaris Kecamatan Cilamaya Wetan, Imam A. Bahanan langsung mendatangi kediaman Rohim.

Dalam kesempatan itu, selain memberikan sedikit bantuan kepada Rohim, Sekcam Cilamaya Wetan Imam,

juga mengaku akan mengusahakan supaya Rohim bisa memperoleh hak-haknya sebagai warga masyarakat

Karawang. Apa lagi diketahui Rohim adalah seorang pejuang.

Dimana, pada masa mudanya Rohim sudah menyerahkan jiwa raganya kepada Tanah Karawang. “Kita

harusnya berterimakasih dengan jasa Pak Rohim, dia sudah berperan memerdekakan Indonesia,”

katanya.

Imam juga akan membangun komunikasi dengan pemerintah kabupaten, untuk memperjuangkan hak-hak Rohim sebagai warga miskin di Karawang. “Kami akan mencari solusinya, supaya Pak Rohim bisa punya

KTP atau bisa menerima bantuan sosial dari pemerintah,” pungkasnya.

Sebenarnya Rohim tak ingin banyak, selain dari mendapatkan hak-haknya sebagai warga negara, Rohim hanya ingin bertemu dengan Waris anak satu-satunya yang konon masih hidup.

Rohim menceritakan, Waris adalah anak dari istri keduanya yang dulu tinggal di Desa Muara, Kecamatan Cilamaya Wetan. “Bapak cuma mau di tengok sama kamu neng, sekarang bapak ada di sini,” harapnya. (Yfi)

Jabarnews | Berita Jawa Barat