Solusi Flyover Ciroyom: Mengurangi Kemacetan atau Justru Membuat Masalah Baru?

Solusi Flyover Ciroyom: Mengurangi Kemacetan atau Justru Membuat Masalah Baru?
Flyover Ciroyom yang baru dibuka sejak Oktober 2024, memberikan harapan baru untuk mengurai kemacetan di Jalan Arjuna. Namun, apakah ini benar-benar solusi jangka panjang?

 

JABARNEWS | BANDUNG – Flyover Ciroyom akhirnya beroperasi sejak Oktober 2024, memberikan solusi nyata bagi kemacetan yang kerap melanda perlintasan JPL 157 di Jalan Arjuna. Dengan pengoperasian flyover ini, DJKA (Direktorat Jenderal Perkeretaapian) berhasil mengurangi antrean panjang kendaraan yang menunggu kereta lewat. Kini, dua lajur di flyover mempermudah arus lalu lintas, menjadikan perjalanan lebih lancar dan mengurangi waktu tunggu—sebuah langkah besar dalam menekan angka kecelakaan dan meningkatkan keselamatan di perlintasan sebidang.

“Pengoperasian Flyover Ciroyom ini merupakan salah satu bentuk komitmen kami demi menekan angka kecelakaan pada perlintasan sebidang serta untuk mengurai kemacetan pada perlintasan di Jalan Arjuna,” ujar Endang Setiawan, Kepala Balai Teknik Perkeretaapian Kelas I Bandung (BTP Bandung), Kamis (21/11) di Bandung.

Baca Juga:  Cegah Corona, Sergai Juga Terapkan Siswa Belajar di Rumah

Kemacetan Teratasi, Lalu Lintas Lancar

Sebelum flyover ini dioperasikan, kemacetan di perlintasan Ciroyom sering terjadi, terutama saat kereta api melintas. Tak hanya itu, aktivitas pasar yang padat juga memperburuk keadaan. “Perlintasan JPL 157 sangat padat, terutama dengan semakin tingginya frekuensi kereta api yang melintas. Ini menjadi alasan kuat dibangunnya Flyover Ciroyom,” tambah Endang.

Dengan adanya flyover, warga tak perlu lagi menunggu kereta lewat. Dua lajur yang tersedia di flyover juga memastikan kendaraan bisa bergerak lebih cepat. Ini membuat arus lalu lintas jadi lebih lancar, dan masyarakat bisa lebih cepat sampai tujuan tanpa khawatir terjebak kemacetan.

Baca Juga:  Begini Cara Mengatasi Kaki Pecah-pecah Menurut Dr. Saddam Ismail, Bisa Pakai Batu Apung

Koordinasi dan Sosialisasi ke Masyarakat

DJKA mengutamakan komunikasi dengan masyarakat. Sebelum menutup perlintasan sebidang, mereka koordinasikan dengan berbagai stakeholder. Tujuannya, agar masyarakat tahu rencana penutupan dan menemukan jalan alternatif jika perlu. “Kami juga sosialisasikan melalui media sosial dan secara langsung, agar tidak ada kebingungannya setelah penutupan,” ujar Endang.

Rencana Penutupan 26 Perlintasan Sebidang di 2024

Pada 2024, DJKA akan tutup 26 perlintasan sebidang di wilayah BTP Bandung. Penutupan ini tak hanya di Ciroyom, tetapi juga di Daop 1 Jakarta, Daop 2 Bandung, dan Daop 3 Cirebon. Langkah ini bertujuan meningkatkan keselamatan dan mempercepat perjalanan kereta api.

Baca Juga:  Lima Pasar Tradisional di Jalur Pantura Indramayu Ini Jadi Titik Kemacetan saat Mudik

Pembangunan Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) di 2025

Selain itu, DJKA rencanakan pembangunan Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) di Ciroyom. Proyek ini masuk dalam DIPA BTP Bandung 2025, dengan target selesai pada tahun yang sama. “Proses pembangunan JPO butuh tahapan prosedur, jadi kami minta dukungan masyarakat,” kata Endang.

Kampanye Keselamatan Perkeretaapian: BERTEMAN

Untuk meningkatkan kesadaran keselamatan, DJKA terus galakkan kampanye keselamatan dengan slogan BERTEMAN (Berhenti, Tengok Kiri-Kanan, Aman, Jalan). “Kami harap budaya keselamatan semakin tumbuh di masyarakat,” tutup Endang. (RED)