JABARNEWS | CIANJUR – Cianjur Selatan (Cisel) benar-benar diserbu bencana. Curah hujan yang terus menerus tanah Kidul itu membuat tiga kecamatan yaitu Kecamatan Cidaun, Pagelaran, dan Agrabinta ketar-ketir.
Tak ada korban jiwa dalam peristiwa tersebut, namun sejumlah fasilitas umum hingga pemukiman warga terendam banjir.
Di Cidaun, luapan air dari kali Cidamar naik hingga ke pemukiman warga. Camat Cidaun, Darlan mengatakan, air sungai yang meluap mencapai ketinggian satu setengah meter sehingga menggenangi sejumlah jalan. Kendati demikian, arus lalulintas tidak tersendat masih dilewati kendaraan.
“Air dari sungai Cidamar meluap kira-kira tiga meter. Kami sudah berkoordinasi dengan pemerintah desa agar masyarakat berjaga-jaga ditakutkan adanya banjir karena saat ini (tadi malam) hujan masih terus turun,” ungkapnya.
Informasi yang diperoleh di lapangan, banjir yang terjadi di Desa Cidamar itu menggenangi lima kampung yaitu Kampung Kertajadi, Jogjogan, Sukamaju, Bobojong, Kaum dan Limbangan.
Sementara itu, Kecamatan Pagelaran dilanda longsor. Longsor terjadi di Kampung Kopeng RT02/RW05 Desa Situhiang akibat mateari tanah yang meleleh dari tebing Pasir Mala setinggi 250 meter.
Hektaran sawah tertena material dan warung dengan ukuran 2×3 milik warga Kampung Kopeng, Eneh (50) mengalami kerugian hingga puluhan juta rupiah.
Kendati demikian, tak ada korban jiwa pada kejadian longsor tersebut. Salah satu warga, Rosita (25) mengatakan, sejak pukul 11.00 hingga 15.00 WIB hujan turun dengan lebat.
Tak berselang lama, tebing Pasir Mala ambruk disertai material longsoran berupa tanah dan bebatuan sehingga menutupi sawah serta akses jalan Cijampang-Cianjur.
“Rumah saya sekitar radius 300 meter dari lokasi kejadian, terdengar gemuruh seperti suara mobil lewat tapi pas diliat tanah dari tebing bergerak seperti meleleh, kejadian sekitar jam tiga sore,” ungkapnya.
Di Kecamatan Agrabinta, ratusan kepala keluarga (KK) warga Desa Mekarsari hidup dalam bayang-bayang bencana. Mereka berharap mendapat kepastian relokasi dari Pemkab Cianjur.
“Pasalnya selama ini setiap masuk musim penghujan, warga harus mengungsi karena sungai yang membentang di wilayah tersebut meluap hingga menggenangi perkampungan,” kata tokoh masyarakat, Lili Rusmana (33).
Ia menambahkan, sejak dua tahun terakhir, Pemkab Cianjur sudah merencanakan relokasi untuk warga. Namun hingga kini ini belum ada kejelasan.
“Rencananya, dipindahkan ke kawasan perkebunan, tetapi informasi terakhir, belum ada persetujuan, sehingga belum ada relokasi, harapan kami mendapat kejelasan,” katanya.
Ia menyatakan, warga selalu resah ketika musim penghujan tiba karena perkampungan diterjang banjir dari luapan Sungai Cisokan dan Muara Cikadu.
“Setiap tahunnya ketinggian air yang merendam perkampungan terus meningkat dengan ketinggian mencapai dada orang dewasa atau sekitar satu meter lebih,” katanya.
Setiap musim hujan, warga terpaksa mengungsi ke tempat yang dinilai aman dari jangkauan banjir. Bahkan tidak jarang menumpang ke kampung tetangga yang tidak terkena banjir.
“Kalau hujan deras turun dengan intensitas lama, warga sudah siap memindahkan barang dan segera mengungsi, satu bulan ini sudah beberapa kali warga mengungsi,” katanya.
Pihaknya mencatat selama musim hujan kali ini, warga lebih menyelamatkan nyawa untuk menghindari hal yang tidak diinginkan seperti pada 2017 yang menelan korban jiwa.
“Harapan kami segera mendapat kepastian terkait relokasi karena sudah resah kalau terus tinggal di bantaran sungai yang setiap tahun menjadi langganan banjir,” harapnya. (Abh)
Jabarnews | Berita Jawa Barat