Vaksinasi Tidak Langsung Membentuk Kekebalan, Masyarakat Harus Tetap Terapkan Prokes

JABARNEWS | JAKARTA – Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan (Kemkes) Siti Nadia menjelaskan bahwa proses vaksinasi Covid-19 memerlukan dua kali dosis dalam waktu 14 hari sampai 28 hari.

“Antibodi itu membutuhkan waktu dari penyuntikan dosis kedua untuk bisa kemudian dia mencapai titer yang optimal untuk bisa melawan virus,” jelas Nadia dalam konferensi pers daring Kementerian Kesehatan pada Senin (22/2).

Suntikan pertama adalah untuk memicu respons kekebalan tubuh awal dan suntikan kedua untuk memperkuat respon imun yang sudah terbentuk sehingga respons antibodi lebih efektif.

Baca Juga:  Gus Yaqut Intruksikan Banser Lakukan Pengamanan di Rumah Orangtua Mahfud MD

“Kita tahu bahwa suntikan kedua sifatnya merupakan booster untuk meningkatkan titer antibodi secara optimal, sehingga imunitas baru yang akan terbentuk sebagai vaksinasi itu akan terbentuk setelah 28 hari penyuntikan dosis kedua. Memang membutuhkan waktu untuk tubuh kita membentuk antibodi yang optimal dengan dua kali penyuntikan,” ucap Siti Nadia.

Masyarakat yang sudah melakukan vaksinasi tetap harus melakukan penerapan protokol kesehatan agar terbentuk kekebalan kelompok.

Baca Juga:  Pemprov Jabar Rilis Tiga Program Inovatif, Kini ASN Bisa Kerja Dimana Saja

“Upaya 3M memakai masker, menjaga jarak dan mencuci tangan serta membatasi mobilitas juga menghindari kerumunan serta 3T ditambah vaksinasi harus tetap dijalankan secara bersamaan,” ucap Siti Nadia.

Pada suntikan pertama vaksinasi antibodi belum terbentuk atau jika sudah terbentuk masih pada tingkat yang rendah.

“Dalam dua minggu itu amat teramat sangat rawan apabila ada terpapar. Kemudian setelah itu yang kedua itu optimalnya kekebalan terbentuk paling cepat optimalnya 28 hari ke depan,” ujar Komnas KIPI, Prof.dr. Hindra Irawan Satari.

Baca Juga:  Prakiraan Cuaca, Waspada 8 Wilayah Ini Berpotensi Hujan

Dengan begitu Komnas KIPI, Prof.dr. Hindra Irawan Satari menegaskan masyarakat tetap perlu disiplin protokol kesehatan.

“Demikian vaksinasi itu tidak menjamin 100% tidak akan tertular, namun merupakan upaya tambahan, selain yang biasa kita lakukan saat ini untuk mengurangi risiko infeksi,” pungkasnya. (Han)