Konferensi Internasional Ika Unpad: Ini Langkah WHO, UNICEF, dan OKI Atasi Pandemi

JABARNEWS | BANDUNG – Menghadapi pandemi Covid-19 dibutuhkan semangat kerjasama untuk memperkuat kepemimpinan global, Indonesia berkomitmen untuk berdampingan dengan negara lainnya. Diplomasi dalam bidang kesehatan adalah bagian dari diplomasi Indonesia secara umum untuk berjalan jauh harus bersama.

Demikian disampaikan Menteri Luar Negeri RI Retno Lestari Priansari Marsudi saat memberikan sambutan secara virtual pada pembukaan International Conference on Covid-19 Pandemic: Tackling The Covod-19 Pandemic: Health, Economic, Diplomacy, and Social Perspectives, hari kedua, Rabu (24/2/2021).

Retno mengungkapkan bahwa berdasarkan data WHO tentang pandemi, per Februari 2021 telah mencapai 108 juta kasus Covid-19 dan lebih dari 2.4 juta orang meninggal dunia. Menurutnya, saat ini Covid-19 terus menyebar dan bahkan telah ditemukan varian baru Covid-19 pada 2021.

Baca Juga:  Aher, Mudik Lewat Jalur Selatan Sangat Imdah Dan Eksotis

“Secara ekonomi, berdasarkan riset dari ICCIA, kondisi ekonomi global akan kehilangan 6.2 triliun US Dollar. Berdasarkan hasil laporan studi, garansi penyediaan akses terhadap vaksin dan distribusinya akan membutuhkan biaya besar di setiap negara,” ungkapnya.

Dalam sesi selanjutnya, Kepala Multisektoral untuk Jaminan Kesehatan dan Peraturan Kesehatan Internasional Badan Kesehatan Dunia (WHO) Ludy Prapancha Suryantoro mengatakan dunia membutuhkan komitmen untuk memastikan kesiapan multisektoral yang saling berhubungan untuk ketahanan kesehatan. Hal ini diperlukan untuk mencegah, memprediksi, merespon, dan pulih dari situasi darurat kesehatan.

Menurutnya, WHO telah menerapkan 3 strategi global untuk menghadapi pandemi, yaitu menekan angka penularan, melindungi orang yang berharga, dan menyelamatkan nyawa. WHO meminta masing-masing negara harus memperkuat sektor kesehatan publik.

Baca Juga:  Jelang Natal dan Tahun Baru, Disperindagkop Cek Harga Pasar

Berkaitan dengan pengaruh pandemi pada anak-anak, Penasihat Regional Kesehatan, Kepala Kesehatan dan HIV UNICEF Wilayah Asia Timur dan Pasifik, Kunihiko Hirabayashi menyatakan bahwa 325 juta anak di Asia Timur dan Pasifik terdampak Covid-19. Di negara-negara tersebut banyak sekolah yang meniadakan sekolah tatap muka.

Menurutnya, vaksin merupakan langkah yang tepat untuk mengembalikan hak anak untuk bersekolah. Namun, dia mengingatkan bahwa vaksinasi merupakan jalan yang panjang karena melalui banyak proses, selain itu, dia menilai Covid-19 tidak akan menghilang begitu saja.

Mengenai penggalangan solidaritas menghadapi pandemi, Direktur Urusan Kebudayaan Organisasi Kerjasama Islam (OKI) Lhoucine Rhzaoui menyatakan bahwa pendekatan yang dilakukan OKI adalah menyerukan persatuan dan solidaritas di antara negara-negara anggota, khususnya selama pandemi. Seruan tersebut dilayangkan setelah OKI menilai dampak sosial Covid-19 lebih besar daripada yang dibayangkan.

Baca Juga:  Jokowi Canangkan Pemangkasan Eselon di Kementrian

“Covid-19 juga meningkatkan xenofobia, hasutan kebencian, kambing hitam, diskriminasi, dan rasisme. Sangat disayangkan bahwa kelompok sayap kanan telah menggunakan Covid-19 untuk mengejar agenda jahat mereka yaitu anti-migran, supremasi kulit putih, ultra-nasionalis, anti-Semit, dan Islamofobia.” jelasnya.

“Banyak negara telah menyaksikan lonjakan anti-imigran termasuk sentimen anti-Muslim. Mereka yang memiliki status kewarganegaraan yang tidak menentu, seperti pekerja migran, pengungsi, dan pelajar internasional, mengalami tingkat diskriminasi tambahan selama pandemi,” tutupnya. (Red)