Rangkuman Hoaks: Sinovac Tidak Aman Hingga Pria Di Israel Meninggal Usai Divaksin

JABARNEWS | JAKARTA – Direktorat Jendral Pengendalian Aplikasi dan Informasi, Kementerian Komunikasi dan Informatika merilis beberapa berita yang dinyatakan bohong (Hoaks) pada Rabu (24/2/2021).

Simak ini beberapa berita yang telah dinyatakan hoaks oleh Kominfo, diantaranya:

1. [DISINFORMASI] Foto Pria dengan Wajah Bengkak Akibat Efek Samping Vaksin Moderna

Foto: Kominfo

Beredar unggahan di media sosial mengenai foto dua orang pria dengan wajah dan mata bengkak atau Monsterisme yang diklaim sebagai akibat dari efek samping vaksin Covid-19 Moderna.

Hasil penelusuran Tim AIS Kementerian Komunikasi dan Informatika menemukan fakta pembengkakan wajah dan mata pada dua pria dalam foto tersebut sama sekali tidak terkait dengan vaksin Covid-19 Moderna.

Dilansir dari dailymail.co.uk, kisah salah satu pria dalam foto tersebut pernah diangkat dalam sebuah artikel dengan narasi “wajah ayah membengkak hingga tiga kali lipat setelah menderita penyakit misterius yang awalnya disebut masalah sinus”.

Pria itu bernama Romulo Pilapil, seorang tukang kayu dari Filipina yang sebelumnya mengalami gejala awal mata gatal dan hidung meler lalu terjadi pembengkakan setelah diberi obat. Artikel tersebut terbit pada Juli 2019, sebelum Covid-19 pertama kali muncul di Wuhan pada Desember 2019 lalu.

Baca Juga:  Bukan Main, Satu Keluarga Ini Mudik Pakai Bajaj dari Jakarta ke Tasikmalaya

2. [DISINFORMASI] Terbukti Sinovac Tidak Aman, Direktur Pascasarjana STIK Tamalatea Makassar Meninggal karena Vaksin

Foto: Kominfo

Beredar sebuah informasi terkait meninggalnya Direktur Pascasarjana Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIK) Tamalatea Makassar,Eha Soemantri. Dalam informasi yang beredar di media sosial, yang bersangkutan disebut meninggal akibat disuntik vaksin. Sebuah unggahan di Youtube bahkan mengklaim hal tersebut menjadi bukti bahwa vaksin Sinovac tidak aman.

Berdasarkan hasil penelusuran, informasi tersebut telah diklarifikasi oleh Komda KIPI Sulawesi Selatan pada 23 Februari 2021. Dalam klarifikasinya, dijelaskan bahwa Eha Soemantri meninggal setelah dinyatakan positif terkonfirmasi Covid-19 pada 8 Februari.

Dalam kronologi disebutkan jika sebelumnya Eha Soemantri sudah mendapatkan suntik vaksinasi Covid-19 tahap 1 pada 14 Januari, lalu melakukan perjalanan ke Mamuju 5 hari sebelum vaksin tahap 2 yakni pada 28 Januari.

Kemudian, yang bersangkutan menunjukan gejala Covid-19 berupa demam dan sesak pada hari ke 3 setelah vaksinasi tahap 2 yakni pada 31 Januari.

Baca Juga:  Kajagung Sebut Nama Palanggaran HAM di Papua

Sebagaimana yang juga dijelaskan oleh Komda KIPI Sulawesi Selatan, bahwa kekebalan tubuh baru terbentuk maksimal setelah 28 hari sejak vaksin pertama diberikan.

Hal tersebut sekaligus membantah klaim yang menyebut bahwa Eha Soemantri meninggal diakibatkan suntik vaksin, melainkan akibat Covid-19 yang menyerang pada masa kekebalan tubuh belum terbentuk secara maksimal.

3. [HOAKS] Ketua Satgas Covid-19 Sebut Hirup Uap Air Panas Bisa Membunuh Virus Corona

Foto: Kominfo

Beredar sebuah pesan berantai di media sosial WhatsApp sebuah narasi yang menyebutkan Ketua Satgas Covid-19 bernama Dwiyono menjelaskan terkait pencegahan penularan Covid-19 dapat melalui metode menghirup uap air panas. Menurut beliau uap dan air panas dapat membunuh virus Corona.

Faktanya, klaim tentang terapi uap air panas dapat membunuh virus Corona adalah tidak benar. Pesan berantai melalui WhatsApp yang mengatasnamakan Ketua Satgas Covid-19 Dwiyono adalah salah.

Ketua Satgas Covid-19 saat ini bernama Doni Monardo, bukan Dwiyono seperti yang disebutkan di dalam pesan berantai tersebut. Lebih lanjut, dalam berbagai pernyataan dan penjelasan Doni Mordano sebagai Ketua Satgas Covid-19, tidak ada satupun informasi bahwa beliau menyebutkan uap air panas dapat menghilangkan virus Corona.

Baca Juga:  Longsor Terjang Jalur Penghubung Bandung - Cianjur, Akses Jalan Nasional Terputus

4. [DISINFORMASI] Video Seorang Pria di Israel Meninggal Usai Vaksinasi

Foto: Kominfo

Beredar sebuah unggahan video yang menampilkan seorang pria di Israel jatuh terlentang di lantai. Pria dalam video tersebut diklaim langsung meninggal sesaat setelah menerima vaksin Covid-19.

Faktanya, klaim bahwa pria dalam video tersebut meninggal akibat vaksin Covid-19 adalah keliru. Dilansir dari reuters.com, penyedia layanan kesehatan terbesar Israel, Clalit, mengklarifikasi bahwa pria itu memang jatuh pingsan, namun bukan disebabkan oleh vaksin Covid-19.

Istri dari pria tersebut juga menuturkan, kondisi sang suami yang lemah dan merasa kurang baik menjadi faktor ia pingsan saat hendak divaksin. Ia juga menyebut sang suami memiliki ketakutan akan vaksin.

Selanjutnya disebutkan juga bahwa sejauh ini, sekitar 44% dari 9,1 juta warga Israel telah menerima setidaknya satu suntikan vaksin Pfizer dan tidak ada laporan kasus meninggal karena efek samping vaksin Covid-19.

Sumber: Kominfo