Asa dari Keluarga Penghuni Gubuk Kandang Kambing di Cipanas-Cianjur

JABARNEWS I CIANJUR – Keluarga Sobari (46) yang menghuni sebuah gubuk mirip kandang kambing mulai mendapatkan asa atau harapan untuk hidup lebih layak.

Kepedulian sosial akhirnya melirik warga Desa Batulawang, Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur, tersebut. Rumah gubuk kandang kambing yang dihuni keluarga dengan empat anak itu akan diperbaiki.

Hal itu diungkapkan oleh Idik Sidik (38), tokoh pemuda setempat. Menurut dia, sudah ada bentuk perhatian dari Partai Gerindra di Kecamatan Cipanas untuk membantu keluarga Sobari.

“Ya, alhamdulillah ada respons, mau ada dewan dari Fraksi Gerindra yang mau survei ke lokasi,” katanya kepada Jabarnews, Minggu (28/2/2021).

Baca Juga:  Soal Polemik Pernyataan Pangdam Jaya, Pengamat: Di Luar Batas Kewajaran

Ia mengungkapkan, SPRI juga sudah menyiapkan sekitar 10 lembar GRC (untuk dinding), dan 20 batang kayu ukuran 5×10 meter. “Rencananya kami akan salurkan nanti,” aku Idik.

Dia berharap agar semakin banyak orang yang peduli terhadap keluarga Sobari dan berpartisipasi untuk membantu pembangunan rumah yang setengah permanen. 

Walaupun rumah gubuk kandang kambing yang dihuni Sobari berada di atas lahan milik Pemerintah Desa Batulawang, dia meyakini bahwa pemerintah desa tidak keberatan

Baca Juga:  Ditemukan Penyakit Organ Dalam, Sebanyak 369 Kg Jeroan Hewan Kurban di Kota Bandung Dimusnakan

Dengan catatan, lahan tersebut itu tidak diperjualbelikan atau hanya dihuni untuk digunakan buat warganya sendiri. “Karena sampai saat ini pun lahan tersebut seluruhnya digarap oleh warga setempat,” jelasnya.

Sementara itu, Sobari bercerita bahwa dia san mayoritas warga sekitar ialah petani kebun dan buruh tani. Dia pun ikut memelihara kambing milik orang lain.

Sobari mengaku, penghasilan yang diperoleh cuma cukup buat makan sehari-hari. Oleh karena itu, dia dan keluarganya terpaksa tinggal di rumah yang seperti gubuk kandang kambing.

Baca Juga:  Memperingati Harganas, Walikota Depok Dukung Wujudkan Keluarga Berkarakter

“Kadang-kadang kami dibantu oleh anak yang paling besar, yang kerja di Jakarta sebagai asisten rumah tangga,” akunya.

Ia menyebutkan, anak kedua sempat kerja di sebuah toko tapi kini sudah diberhentikan  Sementara anak ketiga masih bersekolah tingkat SMP, dan anak keempat baru duduk di bangku kelas lima SD Neglasari.

“Saya hanya buruh tani di lahan garapan orang lain, artinya masih numpang,” pungkasnya. (Mul)