Tak Percaya Rumah Rusak, Korban Bencana Pergerakan Tanah di Purwakarta Alami Depresi

JABARNEWS | PURWAKARTA – Pasca pergerakan tanah disusul intensitas hujan tinggi beberapa waktu lalu, mengakibatkan sebanyak 120 rumah di Kampung Cirangkong, Desa Pasangrahan, Kecamatan Tegalwaru, Kabupaten Purwakarta mengalami kerusakan.

Berdasarkan data dari pemerintah desa setempat, dari jumlah tersebut 79 rusak berat 41 rumah rusak ringan. Adapun jumlah korban sebanyak 532 jiwa dari 150 kepala keluarga. Dari jumlah tersebut mengungsi 345 jiwa bertahan 187 jiwa.

“Mereka yang masih bertahan di rumah terus kami bujuk agar tinggal dipengungsian demi keselamatan, karena khawatir pergerakan tanah terjadi tiba-tiba,” ungkap Kepala Desa Pasangrahan Yadi Supriyadi, Selasa (2/3/2021).

Baca Juga:  Berbagi Kasih di Bulan Ramadhan, Kapolres Pematang Siantar Datangi Warga Tak Mampu

Selain itu, Yadi menyebut terdapat tiga korban diduga mengalami depresi, karena diduga masih belum percaya tempat tinggal mereka rusak akibat bencana alam tersebut.

Akan tetapi, sambung dia, ketiganya sudah mendapat perawatan medis dan sudah kembali ke pulang.

“Menurut saya wajar karena cobaan ini begitu berat. Kami berharap pemerintah segera merelokasi semua korban agar tidak terlalu lama dalam kondisi seperti ini,” papar Asep Kades.

Baca Juga:  Operasi Ketupat Lodaya 2019 Dilaksanakan Selama 13 Hari

Sementara itu berdasarkan pantauan di lapangan, saat ini di lokasi pergerakan tanah di kampung itu terdapat beberapa titik baru lokasi longsoran dan anjlokan tanah. Akses jalan umum di perkampungan itu ambles tidak bisa dilalui kendaraan roda empat.

Bencana pergerakan tanah di kampung berada di bawah kaki Gunung Parang itu menyedot perhatian semua elemen masyarakat. Mereka ikut prihatian dan saling mengulurkan tangan membantu korban.

Baca Juga:  Berobat Dibayar Baca Alquran

“Diperkirakan titik pergerakan tanah di kampung kami ini luasannya mencapai 5 hektare. Sementara kampung yang terdampak ini berada di RW 06, dan dua RT, yakni 14 dan 15,” ujar Yadi.

Sementara salah seorang warga Yoyoh (52) mengatakan, sudah hampir 10 hari dia beserta anak-anaknya berada ditempat pengungsian.

“Rumah saya hancur jadi oleh pemerintah desa dibuatkan tempat tinggal sementara karena takut terjadi bencana susulan,” ucap Yoyoh dengan raut muka penuh harap bisa memperbaiki rumahnya kembali. (Gin)