Dedi Mulyadi Kaget Bertemu Pemulung Tertidur Lama di Trotoar Kota Bandung

JABARNEWS | BANDUNG – Wakil Ketua Komisi IV DPR RI Dedi Mulyadi bercerita terkait pengalamannya membantu seorang pemulung di pusat Kota Bandung yang tertidur cukup lama di trotoar.

Pada Kamis (4/3/2021) kemarin, Dedi Mulyadi secara tak sengaja bertemu dengan pemulung saat menyempatkan diri untuk pergi ke Kota Bandung untuk menemui sahabatnya, Joko dan Ustaz Yusuf Mansur.

Di tengah jalan, Dedi Mulyadi melihat seorang pria tua tertidur memeluk karung yang berisi barang rongsokan di atas trotoar sekitar pukul 10.00 WIB.

Dedi awalnya tak peduli, kendaraannya tetap melaju menuju rumah Ustaz Yusuf Mansyur. Seusai pertemuan, Dedi memutuskan kembali ke Purwakarta sekitar pukul 13.30 WIB.

Dia pun terkejut ketika melihat pemulung tua tersebut masih tidur di posisi semula dan tidak berubah.

Baca Juga:  H+3, Kemacetan di Jalur Puncak Mengular Sepanjang 8 Kilometer

“Awalnya saya biarkan, tapi ketika saya pulang, saya ke situ lagi dan dia masih tidur. Saya khawatir karena banyak pemulung yang tiba-tiba meninggal di trotoar,” kata Dedi, Jumat (5/3/2021).

Dedi pun turun dari mobilnya, menghampiri dan membangunkan pria tua tersebut dari tidur pulasnya. Air mata pun tidak terbendung dan mengalir dari pipi Dedi ketika pria tersebut menjawab alasan tidur di trotoar hingga waktu yang lama.

Ternyata pria yang bernama Agung itu sedang menahan lapar sehingga ia tidur untuk waktu yang lama.

“Saya tanya kenapa Bapak tidur pulas lama sekali di trotoar. Dia jawab tertidur sejak pagi karena dia tidak makan. Dia bercerita bahwa sudah tidur di tempat itu sejak subuh. Itu rentang waktu yang sangat panjang untuk tidur. Dia mengatakan bahwa pilihan untuk tidur dilakukannya untuk menahan lapar karena tidak ada uang untuk membeli nasi,” ungkap Dedi.

Baca Juga:  Pemerintah Prioritaskan Guru Honorer Lolos Passing Grade

Dedi mengaku yakin pria tersebut tidak berbohong. Menurut dia, Agung bukan berpura-pura menjadi gelandangan untuk mendapatkan rasa iba dari orang-orang.

“Saya secara intuitif bisa membedakan mana orang yang pura-pura dan mana yang benar-benar susah. Saya sudah punya pengalaman dengan orang yang pura-pura. Kalau dia tertidur pulas agak lama, berarti bukan pura-pura, tapi karena memang dia menahan lapar. Itu menjadi cara dia bersikap menerima. Ini memang alami,” bebernya.

Dedi mengatakan, hasil memulung barang rongsokan yang dijalani Agung memang tidak mampu memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Dedi pun segera meminta pria tersebut pulang ke keluarganya dan memberikan modal usaha agar perekonomiannya lebih meningkat.

Baca Juga:  Rayakan HUT ke-21 Pemkot Depok Luncurkan Logo, Ini Filosofinya

“Dikasih support untuk berjualan. Karena sehari kalau cuma mulung hanya dapat Rp 20.000. Saya minta dia segera makan, kembali ke rumah, dan menyiapkan sesuatu yang bisa dilakukan untuk berusaha agar bisa bernasib lebih baik dengan berjualan. Dia sempat menangis histeris,” bebernya.

Dedi berharap pemerintah Kota Bandung bisa lebih tanggap untuk memilah pemulung, gelandangan dan penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS) yang benar dan yang berpura-pura.

“Pemerintah harus reaktif. Kalau tidak reaktif, yang pura-pura nanti makin banyak. Kalau tidak ditangani segera, nanti Kota Bandung bisa jadi pusat gelandangan,” tandasnya. (Red)