Mengenal Sejarah Taman Air Mancur Sri Baduga, Sebagai Landmark Wisata Purwakarta

JABARNEWS | BANDUNG – Purwakarta merupakan salah satu daerah yang berada di wilayah Provinsi Jawa Barat. Terkenal dengan wisata kulinernya yang mendunia, ternyata Purwakarta juga mempunyai salah satu destinasi wisata Taman Air Mancur Sri Baduga.

Berlokasi di pusat perkotaan kabupaten Purwakarta, tempat wisata ini menjadi salah satu ikon dari Kabupaten Purwakarta. Selain itu, lokasi tempat tersebut bisa dibilang strategis karena mudah di temukan oleh para wisatawan luar Purwakarta.

Biasanya pementasan air mancur tersebut dilangsungkan ketika malam hari. Pasalnya, air mancur terbesar se-Asia Tenggara tersebut menggunakan koreografi dari gemerlapnya lampu-lampu yang berwarna-warni.

Ditambah lagi dengan gerakan air mancur yang mengikuti iringan musik, hal itu dijamin bisa membuat kalian yang melihatnya akan dibuat takjub. Bagi kalian yang berkunjung pada saat siang hari, jangan merasa menyesal karena tidak bisa menyaksikan keindahan dari air mancur tersebut.

Baca Juga:  Masuk Bursa Cawapres 2024, Ridwan Kamil Tegaskan Patuh Keputusan Partai

Karena selain pementasan air mancur, pada saat siang hari kalian akan disuguhkan dengan suasana yang sejuk dan diiringi suara burung-burung liar yang merdu. Hal tersebut, bisa sedikit mengobati rasa kecewa kalian.

Dahulu sebelum menjadi taman sri baduga, taman ini adalah danau yg cukup luas berbentuk bulat yg disebut Situ Buleud. Asal usul Situ Buleud berkaitan dengan peristiwa perpindahan ibukota Kabupaten Karawang dari Wanayasa ke Sindangkasih.

Situ Buleud dibuat dengan dua tujuan dan kegunaan. Pertama sebagai sumber air bagi kepentingan Pemerintah dan masyarakat kota Purwakarta. Air dari situ antara lain digunakan untuk keperluan ibadah dan kegiatan lain di Masjid Agung.

Baca Juga:  Wujudkan Kesejahteraan Petani, Lina Marlina Dukung Program Gema Jabar

Kedua sebagai tempat rekreasi, Untuk kepentingan kegunaan atau tujuan kedua, di tengah situ didirikan bangunan tradisional sejenis bangunan gazebo sebagai tempat untuk beristirahat dan bersantai.

Pembangunan situ buleud dengan tujuan atau kegunaan kedua, boleh jadi berkaitan erat dengan salah satu hak istimewa bupati, yaitu hak untuk menangkap ikan di sungai atau danau. Hak istimewa itu merupakan bagian dari gaya hidup bupati waktu itu.

Dalam kenyataannya, yang menangkap ikan bukan bupati, melainkan sejumlah rakyat. Dalam acara itu, bupati tinggal di pasanggrahan yang berada di tengah situ menyaksikan sejumlah rakyat menangkap ikan. Acara itu biasanya dimeriahkan oleh iringan gamelan.

Baca Juga:  Inilah Lima Nama Aktor Terkenal Pemeran Film Triple 9

Hampir bersamaan dengan kegiatan renovasi pendopo tahun 1854, Situ Buleud pun diperbaiki dan diperluas. Hal itu menunjukan bahwa Situ Buleud memiliki arti penting bagi kehidupan di kota Purwakarta.

Kota Purwakarta termasuk tempat yang bersuhu udara panas. Keberadaan volume air dalam jumlah banyak pada areal cukup luas, menyebabkan suhu udara di pusat kota menjadi tidak terlalu panas. Oleh karena itu, area situ buleud sangat memadai sebagai tempat rekreasi.

Sekarang bangunan pasanggrahan di tengah situ sudah lenyap. Demikian pula acara menangkap ikan sudah tiada lagi. Namun Demikian, sampai sekarang situ buleud tetap menjadi Landmark Kota Purwakarta karena Situ Buleud sudah dikenal luas oleh masyarakat Purwakarta. (Mal)