Mengungkap Mitos Tanjakan Cae Sumedang Yang Menelan Puluhan Korban Jiwa

JABARNEWS | SUMEDANG – Tanjakan Cae yang berada di Jalan Raya Malangbong-Wado Sumedang dibuat heboh setelah bus yang membawa rombongan peziarah dari SMPIT Muawanah Cisalak, Subang, terjun ke jurang di kawasan jembatan tersebut.

Kejadian yang terjadi pada Rabu (10/3/2021) malam kemarin itu mendapatkan perhatian banyak dari berbagai pihak. Termasuk dari pihak Kapolda yang terjun langsung ke TKP.

Ada berbagai spekulasi dari kejadian musibah tersebut. Pihak Kapolda sudah memberikan keterangan kepada media bahwa saat kejadian terjadi, posisi jalan licin karena dalam keadaan hujan.

Ada juga dugaan spekulasi dari berbagai pihak. Termasuk dari warga sekitar, yang menganggap tanjakan tersebut penuh dengan cerita mistis.

“Tanjakan ini (Cae) memang penuh mistis nya,” kata Didin (35) warga sekitar saat memberikan keterangan kepada Jabar News di TKP, Kamis (11/3/2021).

Baca Juga:  Siap-siap! DPRD Jabar Evaluasi SMK

Didin menyebutkan bahwa kata Cae berasal dari kata Cai, yang artinya air. Kemudian disebutlah menjadi Tanjakan Cae, yaitu tanjakan yang penuh dengan air.

“Dulu, kata orang tua, Tanjakan Cae ini sumbernya air melimpah. Di bawah Tanjakan Cae ini dulunya tempat mandi warga sekitar disini,” sebut Didin.

“Saya dengar dari orang tua saya juga, kalau Tanjakan Cae itu, dulu, menjadi tempat peristirahatan raja-raja yang melewati kawasan ini. Kan, sumber air nya banyak,” lanjutnya.

Didin mengungkapkan bahwa kawasan Tanjakan Cae sering diguyur hujan lebat yang menurutnya tidak masuk akal. Ia menjelaskan bahwa air hujan turun hanya di kawasan Tanjakan Cae saja.

“Saya pernah lewat sini (tanjakan Cae), pas di rumah tidak hujan, tapi pas di tanjakan ini hujan besar. Eh, pas lewat dari tanjakan ini, kok, nggak hujan,” ungkap Didin.

Baca Juga:  Harumnya Ratusan Karangan Bunga Hiasi Halaman Polres Purwakarta, Ada Apa?

“Itu (hujan) terjadinya sering malam. Tidak tahu juga mengapa hal itu bisa terjadi,” lanjutnya.

Selain keanehan hujan yang tiba-tiba muncul hanya di kawasan Tanjakan Cae, Didin juga menyebutkan bahwa sering ada nenek-nenek yang menampakkan dirinya di tanjakan Cae tersebut.

“Nenek-nenek, ya, sering warga sekitar yang melihat keberadaan nenek-nenek di tanjakan ini,” terang Didin.

“Kan tadi, kata orang-orang dulu, katanya, di bawah tanjakan Cae ini terdapat sumur yang banyak sumber air nya. Tempat mandi nenek-nenek,” lanjutnya.

Keanehan yang sering dirasakan Didin ialah berat jika mengendarai mobil atau motor di kawasan tersebut. Karena menurutnya, Tanjakan Cae tidak terlalu tinggi dan seharusnya mudah untuk dilalui.

“Nah, ini sering, nih. Saya sering banget lewat sini, tiba-tiba suka berat dan susah naik nya kalau bawa mobil. Motor juga, berat,” ungkap Didin.

Baca Juga:  Penerimaan TKK Baru di Dinas LH Bandung Barat Diduga karena Uang

“Tapi nggak setiap waktu. Kadang berat, kadang juga enggak. Saya hampir setiap hari lewat sini (Tanjakan Cae),” lanjutnya.

Didin juga menjelaskan bahwa sebelum kejadian bus yang membawa rombongan peziarah dari SMPIT Subang ini jatuh ke jurang Tanjakan Cae, dua tahun kebelakang juga sempat terjadi hal yang sama bus mini jatuh di dekat jembatan Cae.

“Kalau dulu bis mini yang terjun di kawasan sini,” tandas Didin.

Didin kembali menegaskan bahwa hal ini cerita dari orang-orang terdahulu. Yang mana cerita tersebut turun-temurun diceritakan oleh orang sekitar dari orang tua ke anak nya.

“Walau bagaimanapun, ini cerita dari para orang tua zaman dahulu. Saya sebagai orang kawasan sini, pasti tahu cerita-cerita seperti itu disini,” tutupnya. (CR2)