Kiat Menyambut Bulan Suci Ramadhan 1442 Hijriah

Penulis: Mas Andre Hariyanto (Founder Muslim Hijrah Movement)

Sahabat sekaliannya, tidak terasa yaa, Waktu sangat cepat berlalu, hari demi hari kita lewati, ternyata bulan penuh keberkahan, ampunan, dan rahmat sudah diambang pintu, Masya Allah Takbir!! Selamat datang Ramadhan yang kita rindukan dan nantikan selalu. Hemm, Lalu apa yang telah kita persiapkan untuk menyambut kedatangan tamu agung yang membawa kebaikan dunia dan akhirat?

Kita yakin Ramadhan pasti datang, akan tetapi tidak ada seorangpun dari kita yang yakin dan memastikan bahwa ia akan bertemu dengan Ramadhan, Kita hanya bisa berharap dan berdoa. Salah satu nikmat yang harus banyak disyukuri meski oleh seorang yang lalai adalah nikmat ditundanya ajal dan sesampainya kita di bulan Ramadhan.

Tentunya jika diri ini menyadari tingginya tumpukan dosa yang menggunung, maka pastilah kita sangat berharap untuk dapat menjumpai bulan Ramadhan dan mereguk berbagai manfaat di dalamnya.

Betapa Allah ta’ala senantiasa melihat kemaksiatan kita sepanjang tahun, tetapi Dia menutupi aib kita, memaafkan dan menunda kematian kita sampai bisa berjumpa kembali dengan Ramadhan. Sesuatu yang agung dan mulia membutuhkan persiapan yang cukup untuk menyambutnya, persiapan disini bukan hanya dengan menunggu datangnya bulan Ramadhan, tetapi persiapan disini adalah mempersiapkan bekal untuk bekal di bulan Ramadhan.

Baca Juga:  Doa Kahma Terkabul, Pemkab Cianjur Segera Bangun Rumah Barunya

Maka di antara kiat menyambut kedatangan Ramadhan adalah memperbanyak doa semoga Allah memuliakan kita semua bertemu dengan Ramadhan dalam keadaan sehat wal afiat dan kita diberi pertolongan untuk melakukan ketaatan di dalamnya. Dahulu para generasi salaf mereka sangat banyak berdoa untuk bersua dengan Ramadhan dan agar amalan mereka diterima oleh Allah.

Perbanyak Taubat

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Setiap keturunan Adam itu banyak melakukan dosa dan sebaik-baik orang yang berdosa adalah yang bertaubat.” Taubat menunjukkan tanda totalitas seorang dalam menghadapi Ramadhan. Dia ingin memasuki Ramadhan tanpa adanya sekat-sekat penghalang yang akan memperkeruh perjalanan selama mengarungi Ramadhan.

Banyak memohon kemudahan dari Allah. Selain Taubat, kita juga harus pahami bahwa untuk mudah melakukan kebaikan di bulan Ramadhan, itu semua atas kemudahan dari Allah. Jika kita terus pasrahkan pada diri sendiri, maka ibadah akan menjadi sulit untuk dijalani karena diri ini sebenarnya begitu lemah.

Baca Juga:  Pulang Dari Luar Negeri, Seorang Warga Garut Dicurigai Terpapar Virus B117

Oleh karena itu, hendaklah kita banyak bergantung dan tawakal pada Allah dalam menjalani ibadah di bulan Ramadhan. Terus memohon doa pada Allah agar kita mudah menjalankan berbagai bentuk ibadah baik shalat malam, ibadah puasa itu sendiri, banyak berderma, mengkhatamkan atau mengulang hafalan Qur’an dan kebaikan lainnya.

Bekal Ilmu

Ilmu tentang ayat-ayat dan hadits-hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang menguraikan tuntunan ibadah puasa hingga hari raya. Ilmu tentang hukum-hukum Islam yang berkaitan dengan puasa, tarawih, zakat, dan lain sebagainya. Ilmu ini akan bisa kita peroleh dengan menyimak keterangan para ulama, karya-karya mereka, arahan dan nasihat mereka untuk menyambut dan menjalani ibadah di bulan mulia.

Tujuan agar ibadah kita membuahkan manfaat, berfaedah, dan tidak asal-asalan. ‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz berkata, “Barangsiapa yang beribadah kepada Allah tanpa ilmu, maka dia akan membuat banyak kerusakan daripada mendatangkan kebaikan.” (Al Amru bil Ma’ruf, hal. 15).

Baca Juga:  Vaksinasi Disabilitas Jabar Tembus 101 Persen, Begini Kata Ridwan Kamil

Persiapan melatih membiasakan diri dengan memperbanyak amal.Rasulullah memberikan contoh kepada kita untuk sentiasa mempersiapkan diri untuk menyambut puasa. Aisyah pernah berkata, “Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam tidak pernah berpuasa sunnah di satu bulan lebih banyak daripada bulan Sya’ban. Sungguh, beliau berpuasa penuh pada bulan Sya’ban”. (HR. Bukhari).

Ibadah lain juga harus dipersiapkan seperti perbanyak tilawah, shalat malam, sholat fardhu berjamaah di masjid. Hal ini dimaksudkan agar sejak bulan Sya’ban kadar keimanan kita sudah meningkat.

Boleh diumpamakan bulan Sya’ban adalah masa warming up (pemanasan) sehingga ketika memasuki Ramadhan kita sudah bisa menjalani ibadah shaum dan sebagainya itu sudah menjadi hal yang biasa. Abu Bakr al Warraq al Balkhi rahimahullah menyatakan, “Rajab adalah bulan untuk menanam, Syaaban adalah bulan untuk mengairi dan Ramadhan adalah bulan untuk memanen.

Isi tulisan ini sepenuhnya tanggung jawab penulis