D2N, Toko Agen Layangan di Purwakarta yang Masih Bertahan pada Era Modernisasi

JABARNEWS | PURWAKARTA – Layangan kini jadi tren lagi. Layang-layang menjadi salah satu permainan lama yang saat ini kembali dimainkan. Tak hanya anak-anak, orang dewasa pun juga menggandrungi permainan yang satu ini. Tak sedikit pedagang layangan jadi ikut kecipratan cuan di saat-saat seperti ini.

Sukses menjadi pedagang layangan ternyata tidak bisa dirintis dalam waktu sekejap saja. Perlu kesabaran sehingga pedagang layangan bisa mencicipi kesuksesannya lewat dagang layangan.

Seperti dialami oleh D2N yang merupakan salah satu Toko Agen layangan di Purwakarta yang mulai merintis usaha sejak 7 tahun silam itu.

Menurut pemilik Toko Agen Layangan D2N, Dadan Setiabudi, memang layang-layang sempat meredup beberapa tahun belakangan. Tapi semenjak ada pandemi ini, mulai banyak lagi yang memainkan.

Baca Juga:  Edi Suripno Sebut Disintegrasi Jadi Ancaman Perpecahan Bangsa

“Biasanya puncak penjualan layangan ini terjadi saat musimnya, sekira bulan Mei sampai September. Dan saat ini penjualan masih ada, namun tidak sebanyak musimnya,” tutur Dadan, saat ditemui di Toko Layangan D2N di kampung Bongas, Desa Kertajaya, Kecamatan Pasawahan, Kabupaten Purwakarta, pada Minggu (14/3/2021).

Terkait layang-layang sendiri, lanjut dia, jenis layang-layang aduan paling banyak diminati saat ini. Selain itu, disusul jenis layangan hias.

“Kalau layangan aduan ukuran dan kwalitasnya beragam. Untuk harganya relatif murah. Layang adu kualitas jabrugan dari mulai Rp.1500 hingga Rp.2000. Sementara untuk Layang adu kwalitas super Rp.2500 hingga Rp.5000,” tutur Dadan.

Baca Juga:  Disiplin Home Care, Kunci Menjadi Cantik Indonesia

Untuk senar layangan sendiri, sambung dia, juga laku keras. Mulai senar biasa maupun senar gelasan berbagai merk dan harga.

“Senar gelasan biasanya dicari kalau dianggap sering menang pas adu layangan. Untuk harganya sebenarnya variasi dari eceran Rp1.000 sampai Rp 15 ribu. Sementara gelasan super itu dikisaran harga Rp. 50 ribu rupiah hingga yang paling mahal seharga Rp. 500 ribu rupiah,” bebernya.

Dadan menjelaskan, yang membuatnya bertahan dalam dunia layang-layang hingga sekarang adalah karena kecintaannya terhadap layang-layang yang sudah dipupuknya sejak kecil.

“Saya mulai mencintai layanan itu sejak kecil, namun mulai menekuni teknik bermain layang itu sekitar tahun 2012,” ucapnya.

Baca Juga:  17 Kabupaten/Kota di Jabar Lolos Anugrah Swasti Saba, Ini Daftarnya

Dijelaskannya, keseruan bermain layangan saat layang-layang yang satu dengan layangan lainnya menari-nari dan mencari musuh di udara yang dihubungkan dengan benang.

“Serunya bermain layangan itu, saat para pemain atau pengendali layangan tersebut pun terus mencari strategi dan taktik untuk memutuskan layangan milik musuhnya,” jelasnya

Dadan memberikan pesan kepada anak-anak untuk bermain layang-layang dengan baik dan tidak membahayakan diri sendiri dan orang lain, mengingat senar layangan ada yang berjenis gelasan yang relatif sedikit tajam.

“Ya kalau bermain di tempat yang terbuka. Lalu soal senar harus berhati hati jika menggunakan gelasan. Karena bisa menggores kulit kalau tidak hati-hati,” tutur Dadan. (Gin)