Industri Properti Indonesia Butuh Dukungan Perbankan Nasional

JABARNEWS | BANDUNG – Perbedaan sistem perbankan antara Australia dan Indonesia untuk menjawab beberapa pertanyaan yang muncul perihal kepemilikan unit kedua bagi pembeli asing. Hal tersebut mengingat setiap orang yang ingin memiliki properti kedua di Australia bisa mengajukan refinancing dari kredit kepemilikan apartemen pertamanya.

“Memang sistem perbankan di Australia memungkinkan para nasabahnya untuk melakukan refinancing atas KPA unit pertamanya meskipun cicilan belum selesai. Biasanya ini dilakukan konsumen Ketika KPA mereka sudah berjalan 5 tahun dengan asumsi sudah terjadi kenaikan nilai unit pertama hingga 50 persen,” kata Manajer Penjualan Crown Group Indonesia Reiza Arief dalam keterangan tertulisnya, Senin (15/3/2021).

Menurutnya, Bank pertama dan tertua di Australia, Westpac telah mengeluarkan suku bunga terbaru dengan suku bunga tetap selama dua tahun. Untuk pinjaman rumah bagi owners occupiers sebesar 1,79 persen dan 1,88 persen untuk suku bunga tetap selama tiga tahun.

Sedangkan rata-rata tingkat kekosongan unit di Australia adalah 1,9 persen, artinya sangat sedikit unit apartemen yang tidak disewa/ditempati. Meski terjadi lonjakan untuk Sydney dan Melbourne akibat pandemi Covid-19 dan diperkirakan akan kembali ke tingkat normal, ketika perbatasan internasional telah dibuka kembali.

Baca Juga:  Presiden Jokowi: Keputusan Lockdown Ada Di Pusat

“Sementara rata-rata tingkat kekosongan unit apartemen di Australia adalah sebesar 1.9% yang artinya sangat sedikit apartemen yang kosong tidak terisi,” ujarnya.

Reiza bahwa perbankan di Australia bisa memberikan pinjaman kedua mengingat nasabah akan membayar cicilan KPA dari pendapatan sewa. Kondisi ini memang agak berbeda dengan Indonesia dimana rata-rata tingkat kekosongan unit apartemen mencapai 40-50 persen.

Sementara bunga KPA terutama untuk refinancing lebih tinggi di kisaran 5 persen (Fixed rate) hingga 10 persen (Float rate).

“Di kondisi pasar saat ini, akan sangat membantu apabila perbankan Indonesia mengikuti langkah perbankan Australia yang menurunkan suku bunga hingga dua kali pada tahun 2020 kemarin untuk memberikan stimulus pada pasar properti,” jelasnya.

Baca Juga:  Ricuh Manokwari, PB PMII Ajak Masyarakat Rawat Persatuan

“Pertanyaannya adalah mengapa tingkat kekosongan unit apartemen di Australia bisa begitu rendah? Karena pemerintah Australia betul-betul menjaga titik ekuilibrium antara pasokan dengan permintaan,” tambahnya,

Pemerintah Australia menjaga ketat pasokan dan kebutuhan akan properti melalui beberapa mekanisme regulasi seperti izin membangun yang ketat, pembatasan zona pembangunan dan regulasi perbankan. Pihak pengembang pun juga harus memiliki pondasi keuangan internal yang sehat karena pihak perbankan hanya akan memberikan pinjaman untuk pembangunan proyek hunian sebesar 50 persen dari nilai proyek.

“Dan dana tersebut hanya akan diberikan kepada pihak pengembang apabila proyek hunian sudah terjual secara off the plan sebanyak 50% dari total unit apartemen yang ditawarkan kepada publik,” tuturnya.

Reiza menyebut, Hal ini salah satu sebab mengapa banyak pembeli asing menjadikan Australia sebagai tujuan utama untuk investasi properti. Dimana mereka para investor selalu menyebutnya sebagai cara beternak properti.

Baca Juga:  Wow! Ternyata Jenis Teh Ini Bisa Menenangkan dan Mengatasi Gejala Kram Menstruasi

“Belum lagi status kepemilikan yang bersifat free hold atau SHM atas unit apartemen yang diberikan oleh pemerintah Australia kepada setiap pemilik unit apartemen meskipun mereka adalah orang asing,” paparnya.

Sementara itu, Direktur Riset di RateCity.com Sally Tindal menyampaikan, bank-bank besar bersaing untuk mendapatkan komitmen dari pembeli yang ingin memasuki pasar properti yang sedang panas-panasnya.

Empat Bank besar dan terbesar kedua di Australia telah memangkas 0,20 persen suku bunga pinjaman kepemilikan rumah dengan suku bunga tetap untuk dua dan tiga tahun bagi para pemilik rumah baru dan suku bunga tetap untuk investor untuk periode dua tahun.

“Sementara kita mendekati akhir dari siklus suku bunga, selama suku bunga tetap di atas nol, kemungkinan akan ada lebih banyak pemotongan dalam minggu-minggu mendatang karena bank bersaing untuk tingkat rekor pinjaman baru yang akan segera masuk,” tutupnya. (RNU)