Mengunjungi Tempat Bersejarah Gedong Duwur, Objek Wisata Indramayu

JABARNEWS | BANDUNG – Bagi warga yang berkunjung ke Kabupaten Indramayu akan sulit menemukan bangunan bertingkat. Hal itu tidaklah aneh karena Indramayu bukanlah sebagai kota metropolitan. Namun siapa sangka, di balik kesederhanaannya itu terselip sebuah peninggalan masa lampau yang jarang diketahui warga pendatang.

Terletak di Desa Penganjang, Kecamatan Sindang, Kabupaten Indramayu, sebuah bangunan arsitektur Eropa berdiri megah. Bangunan khas dengan pilar-pilar tinggi itu nampak kontras dengan bangunan di sekitarnya.

Baca Juga:  Tanggapan Dinkes Jabar Terkait Kasus Keracunan Massal

Betapa tidak, cat warna-warni menghiasi gedung yang berdiri sejak tahun 1901. Meski indah, namun tampaknya kurang cocok karena bangunan tersebut merupakan warisan cagar budaya nasional yang mesti dijaga keasliannya.

Gedung yang diberi nama Gedong Duwur itu dahulu kala digunakan sebagai tempat pemerintahan Belanda di Indramayu. Kini Gedong Duwur dipakai sebagai tempat belajar anak-anak PAUD. Gedong artinya gedung dan duwur artinya tinggi. Tak salah diberi nama tersebut karena struktur bangunan memanglah tinggi.

Baca Juga:  PBNU: Penggunaan Vaksin Saat Darurat Bukan Saja Boleh, Tetapi Wajib

Keindahan warna yang ditampilkan di depan gedung berbanding terbalik dengan gedung bagian belakang. Kondisi usang sangat menyeruak tatkala menatap sudut bangunan. Kayu struktur bangunan telah lapuk termakan rayap. Belum lagi cat yang mungkin awalnya berwarna putih berubah drastis menjadi putih kotor.

Kondisi tak jauh beda juga terlihat dari bangunan bersejarah di sebelah Gedong Duwur. Bangunan yang dulunya dipakai sebagai asrama tentara saat agresi militer Belanda pertama itu juga tak terawat.

Baca Juga:  Tragis.. Seorang IRT di Bekasi Terpanggang Saat Memasak

Pelaksana Tugas Kasi Permuseuman dan Kepurbakalaan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Indramayu, mayoritas bangunan bersejarah yang ada di Indramayu memang terbengkalai. Di Indramayu sendiri total ada 218 cagar budaya yang 150 di antaranya sudah teregistrasi. (Mal)