Empat Keistimewaan Kampung Naga Sebagai Objek Wisata Tasikmalaya

JABARNEWS | BANDUNG – Kampung Naga merupakan sebuah kampung adat Sunda yang masih memegang erat budaya dan tradisi dari leluhurnya. Selain itu, Kampung Naga juga bisa kalian kunjungi sebagai destinasi wisata.

Ketika kalian berkunjung ke tempat wisata Kampung Naga, di sana kalian akan langsung disuguhkan dengan jajaran rumah adat. Ditambah lagi dengan suasana pedesaan yang indah dan asri, yang bisa membuat kalian betah untuk berlama-lama di sini.

Selain itu, Destinasi wisata Kampung Naga ini juga masih menyimpan dan melestarikan budaya, adat dan tradisi dari leluhurnya. Tentunya, hal tersebut menarik untuk kita ulas lebih dalam lagi.

Oleh sebab itu berikut kami rangkum beberapa tradisi dan keunikan, yang bisa kalian temukan di Wisata Kampung Naga Tasikmalaya ini. Diantaranya:

Baca Juga:  Vonis Buat Eks Kalapas Sukamiskin

Pertama. Melestarikan adat istiadat – Masyarakat Kampung Naga sangat menghormati adat istiadat yang telah diwariskan dari para leluhur mereka, sehingga masih diterapkan sampai saat ini. Kehidupan masyarakat di sini dilandasi oleh budaya dan adat istiadat Sunda serta menjalankan syariat Islam.

Masyarakat Kampung Naga memiliki banyak filosofi hidup yang menjadi pedoman dalam berperilaku dan bertindak. Salah satunya adalah “Hirup mah kudu tungkul ka jukut, tanggah ka sadapan” yang memiliki makna bahwa manusia harus selalu rendah hati dan bersahaja.

Kedua. Arsitektur rumah yang autentik dan filosofis – Terdapat 112 rumah di wilayah tanah adat Kampung Naga. Rumah masyarakat dibangun menggunakan bahan alami yang bersumber dari hutan disekitar kampung. Atapnya menggunakan ijuk yang bisa bertahan hingga 20 tahun dan memberi kesejukan dalam rumah.

Baca Juga:  Menjajal Wisata Kuliner Jakarta, Cocok Untuk Kalian Kunjungi

Badan rumah merupakan anyaman bambu dan diberi warna menggunakan kapur putih melambangkan hati yang bersih dan suci. Bagian kaki rumah atau fondasi menggunakan batu kali dan tanah liat yang menciptakan makna dasar yang kokoh mampu menopang seisi rumah.

Ketiga. Berprofesi petani dan peternak – Masyarakat di kampung ini bekerja sebagai petani dan peternak. Terdapat 33,5 hektar lahan sawah yang digunakan untuk menanam padi. Masyarakat Kampung Naga menggunakan istilah Janli dalam menetapkan waktu menanam.

Janli berarti Januari-Juli, jadi pada bulan-bulan itulah masyarakat akan menanam bibit padi. Karena pada masa tersebut kondisi cuaca sangat cocok untuk tumbuh kembang padi di mana curah hujan tidak terlalu tinggi sehingga padi tidak busuk dan intensitas sinar matahari tidak terlalu panas sehingga padi tidak layu.

Baca Juga:  Tim SAR Akhirnya Temukan Pria Tenggelam Yang Loncat Ke Sungai Cianjur

Keempat. Pemandangan lanskap kampung yang menakjubkan – Dengan persawahan yang sangat luas dan letak geografis desa yang berada di lembah, maka lanskap pemandangan di sekitar kampung ini luar biasa indahnya. Sejauh mata memandang ditemukan rimbunan pepohonan dan hamparan padi yang tertata rapi membentuk terasering yang memanjakan mata.

Selain persawahan, terdapat juga aliran sungai di sekitar desa yang menjadi sumber air bagi kehidupan masyarakat. Di ujung sungai dibangun bendungan air yang difungsikan sebagai tempat penyimpanan air dan berguna sebagai sumber saluran irigasi persawahan masyarakat. (Mal)