Kemenag Kanwil Jabar Sebut Indeks Kerukunan Beragama Turun, Ini Penyebabnya

JABARNEWS | BANDUNG – Indeks kerukunan beragama (IKB) di Jabar masih jauh dibawah IKB secara nasional yang mencapai 73,83 persen. Kementerian agama merilis di tahun 2019, IKB di Jabar turun di angka 68,5 persen.

Kasubag Hukum dan Kerukunan Umat Beragama Kemenag Kanwil Jabar, Haidar Yamin Mustafa menuturkan, IKB di Jabar bahkan urutan tiga terendah secara nasional.

“Jabar tiga terendak indeks kerukunan beragama secara nasional. Tentu banyak faktornya untuk IKB ini, salah satu toleransi antar umat beragama,” ujar Haidar saat menjadi pembicara dalam Bimtek Jurnalis Damai Redam Konflik Tawarkan Solusi yang digelar IJTI Bandung Raya di Hotel Sutan Raja, Soreang, Senin (29/3/2021).

Menurut Haidar, faktor lainnya yang berpengaruh terhadap menurunnya IKB Jabar adalah pendidikan agama, kurangnya dialog keagamaan, hingga faktor intern masyarakat. Padahal yang seharusnya dibutuhkan, yaitu kesetaraan agama, toleransi agama, hingga kerjasama agama.

<iframe width=”560″ height=”315″ src=”https://www.youtube.com/embed/BBC33vZgfZE” title=”YouTube video player” frameborder=”0″ allow=”accelerometer; autoplay; clipboard-write; encrypted-media; gyroscope; picture-in-picture” allowfullscreen></iframe>

Ditambahkan dia, pada tahun 2013 hingga 2018 terpotret ada beberapa potensi disharmonisasi di Jabar. Antara lain, pendirian rumah ibadah, aliran sempalan, perkawinan beda agama, ormas garis keras, organisasi berpotensi radikal, penistaan agama, lalu lintas pelaku terorisme, hingga disrupsi agama.

Baca Juga:  Ini Penyebab Freezer Kulkas Berisik Yang Jarang Diketahui

“Potensi-potensi yang ada ini justru di blow up atau dipublikasi. Padahal, kalau tidak diredam tentu akan semakin menyulut emosi antar umat beragama,” ujarnya.

Oleh sebab itu, Haidar menuturkan jika jurnalis memiliki peran untuk meredam potensi konflik agama di Jabar. Salah satunya, tidak membuat berita atau informasi yang justru membuat semakin panas potensi yang ada.

Baca Juga:  Basarnas Bandung Kabarkan Ada Lagi Temuan Korban Longsor Sumedang Dua Orang

Jurnalis, kata dia, harus mampu meredam isu-isu yang berpotensi menimbulkan konflik antar umat beragama.

“Ini upaya yang harus dilakukan para jurnalis. Kenapa kami menggandeng jurnalis, ini karena potensial untuk ikut meredam konflik. Menjadi juru selamat dengan menggunakan jurnalisme damai,” ujarnya.

Haidar menyebut, selain menggandeng jurnalis, ada beberapa upaya untuk meredam disharmonisasi yang sudah terjadi di Jabar.

Salah satunya yaitu memberdayakan FKUB provinsi, kabupaten/kota, publikasi yang masif tentang moderasi umat beragama di tempat umum, tempat ibadah, sarana pendidikan, sarana pemerintah, dan sarana layanan umum.

“Yang terpenting melibatkan komunitas masyarakat dalam gerakanan kerukunan beragama,” kata dia.

Tahun ini, Kemenag Kanwil Jabar juga tengah melakukan gebrakan di luar kebiasaan (out of the box) untuk meningkatkan IKB di Jabar. Salah satunya, meminta setiap pengusaha di Jabar untuk menyisihkan satu dinding yang nantinya bisa digunakan untuk memberikan pesan-pesan perdamaian dalam beragama.

Baca Juga:  Ghozali Ingin Terus Cetak Gol Dan Lanjutkan Tren Positif

“Seperti, membuat lukisan, karikatur, kata-kata yang berbunyi kerukunan umat beragama,” katanya.

Misal, ujar dia, kutipan kata-kata dari Ali Bin Abi Thalib Ra, yang berbunyi ‘mereka yang bukan saudaramu satu iman, maka mereka adalah saudaramu dalam kemanusiaan.’

“Nah kutipan seperti ini bisa saja ditaruh di dalam dinding masjid, di dalam dinding hotel, atau pun kantor,” tutur Haidar.

Haidar berharap, dengan segala program dan upaya yang dilakukan, sekaligus menggandeng komunitas hingga jurnalis, maka IKB di Jabar bisa menyamai atau bahkan melebihi IKB secara nasional.

“Turut serta jurnalis ini juga harapan dari Pak Gubernur, agar IKB Jabar bisa meningkat dan melebihi IKB secara nasional,” katanya. (Red)